Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Macaroon Love, Sisi Nyentrik Cinta, Cita dan Rasa



 
 
Judul Buku     : Macaroon Love
Penerbit          : Qanita
Penulis           : Winda Krisnadefa
Halaman        : 264 Halaman
ISBN             : 978-602-9225-83-9


Judulnya Macaroon Love. Dengan tagline, cinta berjuta rasa. Penulisnya adalah seorang Emak kebablasan gaul yang gak boleh disebutkan namanya (macam voldemort). Buku ini bercerita tentang perjalanan cinta dan cita seorang food writer nyentrik, aneh, unik, ajaib alaihim gambreng bernama Magali. Perempuan aduh apa banget dengan latar belakang keluarga yang membuat aku ngedumel “Mak! Plis banget deh kalo bikin karakter!”. Kisah cinta dan cita-cita yang dikemas dalam bungkus dunia kuliner, membuat novel ini jadi wow. Gak seperti novel Indonesia lain yang walaupun bagus, tapi kemasan besarnya gitu-gitu aja. Mentok di Paris, musim salju, sakit hati, cinta segitiga, friendzone, atau perempuan sosialita. Basi.

Ceritanya mengalir dan bikin ketagihan banget. Khas Bu Winda. Kalau udah di baca paragraf pertama, rasanya gak mau berhenti kalau belum sampe titik halaman terakhir. Setting tempat yang familiar juga bikin novel ini nyaman di otak (otak pemales kayak aku maksudnya). Karena aku rada males baca novel yang kudu banyak-banyak googling. Bikin penasaran sekaligus bikin puyeng. Tokoh-tokoh dalam novel ini terbangun dengan sangat rapi dan berkarakter. Ada Beau si bule yang kelakuannya lokal banget, Jodhi si bapak-bapak tengil dengan ending hidup yang alamakjang, Nene si nenek gaoel, Ammar si plontos ganteng yang bikin aku langsung googling gambar seorang chef berinisial AZ, dan Uni Hamidah yang maksa banget tapi super kreatif. Walaupun tokohnya ajaib-ajaib, tapi ya di sini serunya. Novel Macaroon Love ini jadi sangat-sangat hidup karena kehidupan di dalamnya yang kelewat hidup. Ribet ye? Oke. Skip.



Secara pribadi, ada hal-hal yang aku gak sreg-bahkan gak suka-sama novel ini. Pertama, judulnya. Entah apa yang ada dipikiran si Emak, sampe mau-maunya punya novel dijudulin Macaroon Love. Seingetku, judul awal novel ini adalah Magali Chronicle. Dan itu jauh lebih keren dibanding Macaroon Love. Baca judul Macaroon Love itu kayak baca judul novel yang bawa-bawa facebook, twitter, rainbow cake, atau apapun lah yang lagi tren. Nanti giliran trennya udah basi, novelnya ikutan keliatan basi. Emang sih dalam novel ini membahas tentang Macaroon. Tapi sedikit. Dan itupun gak harusnya membuat si Macaroon jadi judul novel dan berdampingan dengan Love. Jualan banget.

Kedua, aku gak suka banget sama tulisan “Cinta Berjuta Rasa”. Ya ampun, Emak. Segambreng hal keren di dalem novel ini kenapa harus disingkat jadi frasa yang macem lirik lagu jaman baheula begitu? Gak kece pake banget.


 
Ketiga, desain covernya. Awalnya aku pikir novel ini menye-menye dan Macaroon banget. Ternyata enggak. Nyeleneh, unik, seru, dan terlalu seru untuk ber-cover Macaroon numpuk warna pastel begitu. Entahlah, mungkin selera aku yang aneh, atau memang novel ini yang terlalu mainstream. Kontras sama tokoh di dalamnya yang sangat anti mainstream. Terakhir, aku agak terganggu dengan penggunaan kata hufft yang berlebihan. Tokoh dan cerita di novel ini udah menarik tanpa harus kebanyakan dekorasi huffft. Untung gak hUuFtz.

Tapi, soal isi cerita, novel ini juara! Kisah cinta plenya plenye namun dibumbui kuliner, dunia jurnalistik dan kehidupan plis dong ah para tokoh. Aku kagum banget sama penokohannya. Penulis lihai banget bikin karakter tokoh yang detil dan bikin penasaran. Siapa yang gak penasaran sama Beau? Nama Perancis yang lebih enak disebut dengan logat sunda. Hahahaha



Kutipan Favorit:

“Wishing something on your birthday upon your cake is bullshit! Kalo lo mau sesuatu, lo harus usaha, bukan berharap di depan lilin” - Macaroon Love


Purwokerto, 11 May 2013


Kalo mau punya juga, beli di toko buku ya, udah tersedia kok di toko-toko buku se Indonesia. Jangan beli ke penulisnya, nanti dikatain oon kayak aku. Sip. Mantap.

Soal Sarjana dan Tai Kucing yang Menempel di Toganya

Menjadi mahasiswa semester banyak kayak aku, kalimat ngehe yang paling sering mendarat di telinga adalah: "kapan wisuda?". Pengen rasanya sepuluh detik meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-tersering-semester-ini tadi dengan senyum manis dan sejungking jari tengah untuk si penanya. Tapi ah, peduli setan. Sayang amat ngebuang sepuluh detik buat jawab pertanyaan-tersering-tapi-juga-ter-gak-penting. Jadi ya dengerin aja sambil pasang muka "makasih ya perhatiannya".