Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Rumah yang Baik untuk Martin

 

Saat tulisan ini diketik, mesin pencariku baru aja tertutup dari berita tentang Tengku. Seekor Orangutan Sumatera yang sedang berjuang bertahan hidup, karena dalam tubuhnya bersarang 60 butir peluru senapan angin. Enam. Puluh. Butir. Peluru!

Salah satu matanya buta karena peluru-peluru itu, dan harus segera diangkat. Atas kesalahan yang sama sekali nggak dia perbuat, dia harus ditembaki dan kehilangan satu matanya. Sialnya lagi, Tengku bukan yang pertama, menurut Orangutan Information Centre (OIC) di Sumatera, dalam setahun ini, mereka telah menyelamatkan 24 Orangutan dari berbagai kasus serupa. 


Manusia emang brengsek banget, ya? Satu peluru masuk tubuh aja rasanya pasti luar biasa, ini enam puluh! Orangutan masuk ke perkebunan desa? pemukiman penduduk? meresahkan warga? RUMAHNYA KITA YANG BAKAR!!! Kita, manusia, yang rakus menghabisi rumah-rumah mereka. Kita, manusia, yang bikin mereka kehilangan semua. Sekarang mereka kelimpungan cari rumah baru, kita juga yang nembak.

Oh, nggak heran ya, kita kan memang lebih binatang dari binatang. 


**
Kasus Tengku mengantar ingatanku pada sebuah siang di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS), Banjarnegara. Tempat yang mempertemukanku dengan Martin, bayi orangutan Kalimantan yang manja dan tampak bahagia. Bocah kecil ini wangi minyak telon, badannya bersih, bulunya terawat dan terlihat sangat sehat.

Selama dua jam aku di sana, selama itu pula Martin erat dalam pelukanku. Tangannya mencengkeram tanganku sampai merah-merah. Kukunya memang panjang-panjang, karena oleh TRMS sengaja dibiarkan tumbuh alami. Kami main bareng, peluk-pelukan, uyel-uyelan, dan jalan-jalan keliling TRMS. 

Martin, adalah 1 dari 3 bayi orangutan di TRMS. Dua lainnya, Noval dan April, merupakan kakak-kakak kandung Martin. Mereka anak dari sepasang orangutan yang dirawat oleh TRMS hingga berhasil berkembang biak. Tiga bersaudara ini, beserta ayah ibunya, semuanya hidup dan sehat sehat sampai sekarang. Mereka berkumpul jadi keluarga yang utuh, hal yang belum tentu bisa mereka rasakan di rimba.

Taman Margasatwa Serunglingmas ini memang bukan sekedar kebun binatang. Di sini ada pusat konservasi sederhana, yang salah satu misinya adalah mengembangbiakan fauna-fauna hampir punah, seperti orangutan. Tempatnya bersih! Kandang-kandang tampak terawat dan hewannya gemuk-gemuk. Nggak terlihat satupun yang stress atau sedih. Pengelolannya, dipegang oleh UPT Serulingmas, di bawah naungan langsung pemerintah daerah Banjarnegara.

Ini kucing seneng banget golar goler, dia nggak sadar dia kucing serem xD

Adalah Pak Kris, pimpinan TRMS sekaligus ayah bagi hewan-hewan di sana. Pak Kris yang memastikan semua hewan selalu terawat, sehat, dan hidup layak. Beliau beserta staff, merawat fauna-fauna dengan penuh rasa kasih.

Di TRMS pawangnya banyak. Mereka yang membersihkan kandang dan memberi makan hewan setiap hari. Kalau siang mas-mas pawang ini duduk-duduk bercanda di base camp-nya, merekapun kelihatan bahagia dan menikmati pekerjaannya. 

Ada dokter hewan juga, yang waktu aku ajak ngobrol, rasanya kayak ngobrol sama pakdenya hewan-hewan. Kebetulan aku lagi gendong Martin waktu itu, trus beliau bilang "Sama siapa, nang? Seneng ya banyak yang ajak main". Martin dipanggil cah lanang, aku senyam senyum liatnya. Beneran kayak keluarga. 

Waktu kami keliling TRMS, kami sempat main ke kandang unta, dan salah satu unta langsung 'gelendotan' sama Pak Kris. Menyodorkan kepalanya minta dielus-elus, ya ampun manja banget sama ayah ya! :D


 "Ada rencana melepasliarkan mereka, pak?", Tanyaku pada Pak Kris.

"Mungkin ada, tapi sejauh ini belum. Gimanapun mereka ini punya insting liar yang harus pulang ke alam. Tapi mau gimana, mereka nggak aman di rumahnya sendiri. Nonton berita, hutan Kalimantan kebakaran, orangutan pada mati. Ada yang dibunuh juga, ditembak, ada yang mati kelaparan. Di sini mereka kami kasih rumah..", jawab beliau dengan mata nanar.

Seketika aku menatap Martin dalam pelukanku. Ah, iya, pak.. Membayangkan bocah kecil ini suatu hari nanti harus kembali ke rimba, ketakutan diantara api yang membakar rumahnya, menangis terkena tembakan senapan angin para pemburu, atau duduk kelaparan menunggu mati. Aku langsung disergap ketidakrelaan. Nggak rela dia harus merasakan itu semua. Nggak. Nggak boleh.

Mungkin ketidakrelaan ini juga yang terus bergemuruh di hati Pak Kris. Beliau tau anak-anaknya ini, pada saatnya, harus pulang ke rumahnya. Lepas liar di hutan hujan. Tapi, rumah yang mana? Pulang kemana? Rumah yang sudah berubah jadi kebun kelapa sawit? Rumah yang dikepung pemburu-pemburu bersenapan angin? Rumah yang bisa tiba-tiba dilahap api? Rumah yang nggak lagi menyediakan makanan untuk mereka?

Pak Kris tau, TRMS bukan tempat yang pas untuk Martin dan keluarganya. Di sini mereka tinggal dalam tempat-tempat yang hanya dibuat mirip dengan habitat asli, dikasih pohon pohon tempat mereka gelantungan. Tapi ya tetap saja kandang. TRMS belum mampu membuat hutan hujan buatan. Tapi di sini jugalah, mereka bisa makan sehat setiap hari, mereka dirawat, kesehatannya diperhatikan. Di sini Martin kecil tampak bahagia dan selalu punya pelukan kapanpun ia ketakutan. 

Di sini, Martin, Noval, April, dan semua hewan-hewan diberikan rumah. Rumah yang baik.


Aku, melayangkan salut setinggi-tingginya untuk pemerintah daerah Banjarnegara, saat di titik lain manusia membunuh dan menghabisi orangutan, di sini mereka membangun rumah untuk hewan-hewan. Aku, mengamini harapan Pak Kris, semoga TRMS bisa terus berkembang dan memperluas lahan. Supaya keluarga fauna di sini bisa punya rumah yang lebih menyenangkan. Aku, berdoa bersama Pak Kris, semoga rimba masih punya tempat untuk mereka. Supaya mereka masih bisa pulang ke rumah. Rumah yang baik.


Purwokerto, 1 Desember, bersama doa-doa untuk kepulihan Tengku, 2016

Terimakasih pak Kris dan staff UPT Serulingmas. Gusti memberkahi.

***


Taman Rekreasi Margasatwa Serunglingmas

Jalan Selamanik No. 35, Kutabanjarnegara, Kec. Banjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah 53415, Indonesia
Jam buka: 8 pagi – 4 sore











Ezbuy, Belanja Barang dari Cina Tanpa Perlu ke Cina


Pernah kebayang gak sih bisa belanja barang-barang dari Cina tanpa perlu ke Cina? Atau borong produk dari USA tanpa perlu ke USA? 

Seperti yang aku janjikan di postingan sebelumnya, aku bakal cerita pengalaman belanja di Ezbuy. Seru bianget lho, asli seru. Belanja langsung dari negara asalnya, tapi enggak perlu pusing mikirin pajak lah, biaya kirim yang meroket, atau tetek bengek kesulitan lainnya. Modalnya cuma tiga: jempol, google translate dan saldo rekening.

Iyalah, kali situ mau belanja pake daon.

D'Qiano, Waterpark di Ketinggian 2000 mdpl



Masa kecil kurang bahagia, enggak bakal berlaku di sini. Mungkin terjadi adalah masa kecil kurang... lama. Saking asiknya, rasanya jiwa kanak-kanak dalam diri bergejolak minta diladeni. Sosorotan sampai bokong ledes, berdiri lama-lama di bawah pancuran air, atau menantang ember tumpah dengan kalimat "Kami tidak takut!", byuuuuur... Hahahahaha 

*siram mas Abi sang orator ember tumpah*
Apa rasanya main air di dataran tinggi yang suhunya seringkali minus? Gimana menggigilnya meluncur di water slide, di tempat yang kerap turun es saking dinginnya?

Basah Basah Seru Arung Sungai Serayu

 

"Balik badan, mbak! Tenang, tenang, biar saya yang angkat"

Mas mas operator meraih pelampungku, memutar paksa badanku, dan menyeret tubuhku naik ke perahu.

"Mati nih gue!"

Aku bergumam dalam hati. Melihat teman-teman lain sudah berhasil naik, sedangkan aku masih terombang-ambing di sungai, menuju jeram. Arus sungai siap menyeretku jauh. Kejadian super-cepat itu berlangsung setelah kepalaku tertabrak perahu, menenggelamkan wajahku ke air dan semuanya jadi serba mengerikan. 

Dengan sregep mas operator yang aku lupa namanya, menarik badanku agar naik ke perahu. Jangan tanya mukaku kayak apa, mbak Lidya sampai bilang, bibirku jadi biru saking pucetnya. Saking paniknya. Berhasil diangkat, aku duduk di tepi perahu sambil atur napas, planga plongo masih nggak percaya barusan ada apa. Setelahnya, aku raba-raba bagian dedek kecil, karena sadar pas diangkat tadi, celanaku melorot. Oh, aman. Celana masih nyantel dengan baik, cuma emang isinya agak kisut. Kedinginan.

Selamat Berlaga di INCS 2016, Toyota Team Indonesia!

"Pembalap kami muda-muda dan yang satu perempuan. Tapi secara mental dan skill, kami optimis akan menang!"

Begitu sekalimat yang dilontarkan oleh om Memet Djumhana, manajer Toyota Team Indonesia, saat aku temui disela acara Meet and Greet Toyota Team Indonesia semalam.

Wuih, optimisme yang enggak main-main ya. Tim asuhan om Memet ini, akan berlaga di putaran terakhir Seri ke-7 Kejurnas Slalom Indonesia Night City Slalom (INCS) 2016, yang kebetulan bakal digelar di kota Purwokerto, malam ini. Iya, malam ini.

Empat pembalap Toyota Team Indonesia yang akan turun adalah Anjasara Wahyu, Adrianza Yunial, Miko Mahaputra dan Alinka Hardianti. Psst, yang terakhir itu perempuan lho. Mentalnya luar biasa, dia siap bersaing dengan para pembalap laki-laki. Seluar biasa itu mental didikan om Mamet Djumhana, dibawah bendera Toyota Team Indonesia. Applause!

Harbolnas Nih, Belanja Produk dari Luar Negeri Ah!





Sebagai mahmud yang lenjehnya tiada tanding tiada banding, kadang suka sirik gitu ya liat temen-temen baru pulang dari luar negeri trus pada belanja kosmetik atau baju-baju masa kini. Apalagi yang dari Cina gitu, kalau pulang, pamer baju lucu-lucu banget. Khan sini ngiri, bang..

Apalagi besok itu 11.11, hari dimana diskon gede-gedean menyerupai mantan, berantakan dimana-mana dan manggil-manggil terus. Di Indonesia, terkenal dengan Hari Belanja Online Nasional. Di Cina, pesta juga cuy, biasa disebut THE BIGGEST SHOPPING FESTIVAL. Jadi buibu di sini pada kalap belanja, di sana jugaaaa. 11.11 itu hari dimana mamak mamak Cina lagi pada dasteran, nyepol rambut, selonjor, sekrol-sekrol onlen shop. Bhahahahaha itumah gue.