Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Undangan untuk Semua Blogger di Seluruh Dunia


Dateng yaa. Gratis!
Tiada kesan tanpa kehadiranmyuuuh. ahiys \(^o^)/


Informasi tentang buku bisa dilihat disini:  http://peribersayappelangi.blogspot.com/

Oleh-Oleh dari Bali



hey, temens galaksi bimasakti.
iya, ini aku memenuhi janji buat bawain kalian oleh-oleh dari Bali. hihi si Pungkay abis dari Bali gituh looooh :D (norak berkepanjangan).
ada dua pajangan yang keliatan banget Bali nya (hahahahaha norak banget si pungkihhhhh), sama gelang warna warni nemu di pasar seni lima biji. mau mau mau? :D
semuanya bungkus deh nih buat satu orang yang beruntung. satu orang aja yaaa. bener deh, lagi gak punya duit buat ongkos kirim! ngahahahaha jujur pangkal yoi.


yang mau, komen aja ya di postingan ini. isinya :
1. nama
2. lokasi (nama kota aja)
3. satu kalimat tentang Galaksi Pungky (kagak usah panjang-panjang. satu atau dua kata juga boleh. suka suka deh! hahahaha ini sunnah kok. buat seru-seruan aja. engga juga gapapa. bener deh sunnah :D)

siapa yang boleh ikutan? hahahaha ini segala pake ditanya. SIAPA AJEEEE! engkong engkong, nenek nenek, paris hilton, justin bibier, bocah baru kemaren sore, blogger baru bisa ngetik kemaren, sodara setanah aer, sodara seantero blog. ah siapa aja deh beneran sumpah. siapa ajaaaaa >.<
ditunggu paling lambat 3 hari setelah postingan ini ya.. jangan lama-lama ah. keburu bau lemari! tanggal berapa tuh berarti? 28 ya? iya. dua lapan mei terakhir! hihi
nanti satu orang beruntung akan disantronin sama ultraman cosmos ke depan rumahnya dengan sepaket pajangan Bali bangets dan gelang nemu di pasar seni lima biji. bijinya siapa?


Purwokerto, 25 mei 2011


pengen ke Bali lagi. ongkosin dwooonkssss. hahahahaha *kere maksimal*

Super Bali Yipikayey!

haaaayyyyyyy. hahahahahahahaha. kangen ya sama pungky ya? ya kan? ya kan? ya kan? iya dooooong.
eh si pungky baru pulang dari Bali lho. haha noraaaaaakkkkk. iya. buat yang udah sering ke Bali atau punya duit banyak buat bolak balik Bali mungkin biasa aja. tapi secara aku ini mahasiswi kere yang ke Bali setelah 21 tahun baru sekali. makanya noraknya alaihim wasalam banget. ngahahaha. 
judulnya sih Kuliah Kerja Lapangan. tapi itu judulnya doang. kenyataannya? liburan, liburan dan liburan! hahaha.
nih nih foto-fotonya. boleh ya pamer ya. pamer betapa noraknya aku baru pernah nginjek Bali. hihi



 Tanah Lot
 


 Bedugul


Kuta



Uluwatu


 

ada satu hal yang sangat sangat tidak terlupakan di acara Kuliah Kerja Lapangan ini. waktu acara malem. ada pembagian award ternyata. dari sembilan puluh dua manusia yang ada. si pungky nan aduhay ini dinobatkan sebagai yang TER-MESUM! hahahahahaha kamprets.
sebenernya sih aku ada oleh-oleh buat temen-temen blogger. cuman belom sempet moto. besok yak. maap :D

udah ah. segitu ajah noraknya. wasalam!


Purwokerto, lupa tanggal 2011

KEJUTAN!

Jadi ceritanya temen aku yang namanya Andi Gunawan, ngadain acara launching buku karangan dia. Judul bukunya Kejutan! waw. senangnya.. akhirnya satu teman berhasil nerbitin buku. Dan bukunya udah launching! *semoga ketularan semoga ketularan semoga ketularan* hihihi.
Dan untuk keperluan Launching bukunya itu. Si Andi ini minta aku buat bikin video promosi gitu deh. Buat heboh-hebohan pas Launching. Dan taraaa... jadilah dalam dua hari si Pungky ini sok-sokan bikin video promosi buku. hihi sini sini liat... :D

Pssst.. ini video amat sangat subjektif loh. Isinya fotonya aku, suara aku dan nama aku ngejembreng segede alaihim wasalam paling depan. huahahahahaha. Video maker maha kuasa!





Untuk kalian yang penasaran sama bukunya. Kenalan aja sama Andi. Isi bukunya keren loooh. Aku udah tamat! hehe

Eh iya. Mau pamit ah. Aku akan libur ngeblog selama seminggu. Mau kuliah kerja lapangan ke Bali besok. Huaaaa. Pasti bakal kangen temen-temen blogger nih. Tapi tenang-tenang. Aku janji, bakal bawain kalian oleh-oleh dari Bali. Tunggu Give Away Galaksi Pungky bulan ini yaaa :D *gaya banget gaya banget gaya banget*



Purwokerto, 14 mei 2011

Selamat bersenang-senang bagi yang merayakan :D :D :D 

Kabar Baik dari Tuhan Baik


Hari ini ada ratusan buku biru yang baru saja keluar dari mesin cetaknya. Masih harum mesin cetak.
Buku kumpulan cerpen anak dengan judul Peri-Peri Bersayap Pelangi. Penulisnya sebelas orang. Dan tercatat nama Pungky Prayitno di deretan nama penulisnya.



Terimakasih Tuhan.. Untuk kabar baik hari ini.
Hari ini lebih. Sangat Lebih :)




Purwokerto, 11 mei 2011

Baju Baru untuk Bumi Baru

Buka lemari dan aw! Banyak banget baju yang udah ngebosenin. Kalo dibuang, sayaaang. Kalo dipake lagi, ah bosen! Belom lagi baju yang modelnya udah ketinggalan jaman, ih gak oke banget deh kalo masih dipake.
Dan taraaaaaaaa. Dengan sedikit usaha dan secuil otak sok-sokan kreatif, aku membuat baju layak buang menjadi baju layak nampang. :D

ini dia !



 

 



Apa yang ditulis ?
Tentunya, kampanye terselubung biar orang-orang sekitar kita makin sayang sama bumi.. Jadi kalo kita pergi kemana-mana pake baju itu, banyak orang yang baca kampanye penghijauan terselubung kita. Hahaha. Gaya bangeeeeet!
Gak susah kok. Buat aja kalimat-kalimat nyentil tentang penghijauan atau tentang lingkungan.
Contohnya :
“Climate Allert! Start Helping and Start With You”
“Every day is Earth Day”
“There are no passengers on Spaceship Earth.  We are all crew” ~Marshall McLuhan, 1964
“The creation of a thousand forests is in one acorn”
“Janji Sebutir Benih adalah Hutan” ~Paman Syam
“If I keep a green bough in my heart, the singing bird will come” ~Lao-tzu
“Earth laughs in flowers”


voila!






Purwokerto, 2011

Ayo! Lakukan Sendiri Bukti Cintamu pada Bumi!




P.s. Sory for the photos. im not a fashion blogger! :p

Untuk Dia. Yang Namanya Disamadengankan Selangkangan oleh Banyak Manusia


Lastri...





Lastri. Kamu tau? Di sini, jauh dari tempat dimana kamu berdiri detik ini. Ratusan, bahkan ribuan namamu dituliskan pada kisah-kisah tanpa tuhan. Atas nama kesucian desa yang dibeli laki-laki dengan jas rapi. Namamu. Namamu Lastri, disebut disini sehari tujuh kali.

Lastri. Kamu tau? Di kota. Ratusan kilometer dari tempat kamu sibuk berladang dengan pakaian seadanya. Banyak yang menanti kamu benar-benar akan datang. Mengelap keringat bau ladang. Lalu bertelanjang. Memuaskan para hidung belang yang kesetanan.

Lastri. Sini. Tengok sebentar kemari. Ada rayuan luar biasa dari para pengobral cinta pemilik timbunan harta. Mereka mau membuatmu tak lagi berladang, katanya. Ah. Sini Lastri. Saksikan bagaimana lekuk tubuhmu dibayar mahal walau Cuma gambar.

Lastri. Makan apa kamu -hari ini? Tidakkah kamu ingin beberapa menit mampir kemari? Di sini tidak ada nasi. Tidak juga makanan basi. Yang terhidang untukmu adalah berpiring-piring kekuasaan yang sanggup menyelamatkan kamu dan keluargamu dari kemiskinan. Kau dibeli mahal,sayang.

Lastri. Tidakkah penutup tubuhmu sudah compang? Habis dimakan keringat pematang. Bau kotoran ternak yang membuat tubuhmu nyaris tak lagi bisa jadi hidangan. Sini Lastri. Mainlah barang sehari. Namamu jadi komoditi kelas menteri. Dan tentangmu Lastri, dijadikan peri dalam bayang-bayang birahi para laki-laki.
Lastri. Kamu dengar? Betapa di sini ribuan desah napsu menyebut satu. Namamu. Nama yang dinyanyikan ibumu bersama sapi-sapi pembajak padi. Nama yang disebut dalam doa bapak sebagai putri satu-satunya. Nama yang dijadikan putri seksi paling dicari.

Lastri. Siapa kekasihmu? Apakah tidak jengah kamu dengan pemuda desa? Begitu-begitu saja. Masa depannya pun selalu sama. Mentok di desa atau jadi TKI di negara tetangga. Kemari, perempuan! Di sini banyak tampan yang akan memuaskan kamu tanpa pandang. Para pejantan dengan beragam masa depan. Di sini Lastri. Ribuan laki lajang menantimu datang.

Lastri. Ku ceritakan kepadamu tentang kota. Tempat bapak pernah bercerita padamu soal kuasa. Soal manusia yang tak bernyawa manusia.

Ini kota, Lastri. Tempat jauh yang sering memuja namamu penuh. Tempat para istri menghujatmu atas namamu yang dijadikan fantasi para suami. Tempat kamu, disiapkan untuk menjadi permaisuri paling seksi satu negeri.

Di sini, Lastri. Tempat aku menulis ini. Ada ribuan kisah yang menuliskan namamu sebagai tokoh utama. Dan semuanya sama. Kamu pelacur desa paling juara!

Lastri.. sini! Bunuh diri.
—–

Purwokerto, 05 mei 2011

Badut Selangkangan #2

“kamar berapa tante?”

“anggrek dua, Sa..”

Dia tersenyum kecil. Senyum yang dibarengi genangan air mata hampir tumpah di sudut matanya. Senyum bersamaan dengan tangan kanan yang mengepal. Dan tangan kiri gemetar menenteng kotak makan untuk ayahnya. Namanya Sabrina. Perempuan muda, sangat muda. Tapi mudanya digrogoti kemarahan di wajahnya. Setiap senyumnya berbau getir. Setiap tatapnya beraroma kecewa. Dan setiap sapanya, mengandung pesan lirih “tololng saya!”.

Aku tau pasti bagaimana hari ini adalah hari yang menoreh luka sayat di hatinya. Kotak makan siang kali ini tidak dia antar ke kantor ayahnya seperti biasa. Tapi ke rumah sakit, kamar anggrek dua. Tempat ayahnya menghadiahinya seorang manusia baru dengan sebutan adik. Iya, adik baru. Anak dari ibunya yang bukan darah kandungnya. Istri kedua ayahnya. Istri? Iya, ayahnya dan perempuan sales promotion girl itu menikah diam-diam beberapa bulan lalu. Dua bulan setelah si selingkuhan itu dinyatakan hamil.

Dia berjalan payah menuju kamar anggrek dua. Aku ingat bagaimana dia selalu menyebut ruang kerja ayahnya adalah neraka. Semoga kamar rumah sakit yang akan dia injak kali ini tidak serupa dengan nerakanya. Langkahnya lemah. Diseret pelan dengan tubuh gemetar. Kepalan tangan kanannya semakin mantap. Dan nafas panjang di depan pintu anggrek dua menyiapkan dirinya menuju mirip neraka ke dua.


Aku duduk bersandar pada kursi tunggu di depan meja administrasi rumah sakit. Menunggu petugas rumah sakit menyelesaikan data kelahiran anak bosku. Masih jelas di mataku bagaimana gadis muda dengan ayah kaya berjalan malas menemui orang tuanya. Mengantar makan siang buatan ibunya untuk sang ayah yang sedang menemani persalinan ibu tirinya. Makan siang yang tidak murah. Keluarganya mana kenal pasar. Makan siang mereka diolah dari bahan-bahan berkualitas produk swalayan besar. Tapi siapa sangka, makan siang dengan harga mahal harus beriringan bersama kisah yang menyedihkan. Cinta ibu yang terolah dalam makanan tinggal sisa pemanis atas perjalanan sakit hati seorang gadis.

Mengingatnya aku jadi ingat dengan Abah dan Mamah di kampung. Tanpa perlu jadi kaya. Mereka sanggup membuatku cukup makan nasi sampai aku sebesar ini. Tempe goreng dan tahu bejek setiap hari, ternyata masih sanggup membuat anak semata wayangnya menjadi orang sukses di kota. Jadi pekerja dengan gaji diatas rata-rata lulusan D3 desa. Tanpa banyak harta, Abah dan Mamah membuat tidurku sangat nyenyak setiap malam. Membuatku selalu bahagia dengan kabar-kabar baik dari desa. Kabar-kabar tentang keluargaku yang selalu sederhana, namun utuh. Abah pernah bilang, miskin itu rejeki. Karena dengan kaya, siapa-siapa bisa membeli apa-apa. Termasuk kebahagiaan orang, termasuk istri, termasuk sakit hati. Tapi cinta, tetap bertahan dengan mata uangnya sendiri. Tidak terbeli. Suci.

Ah menyesal rasanya aku pernah menangis dan menuntut Abah untuk kaya. Mengeluh atas miskin tak juga berkesudahan. Merasa sangat dewa bisa kerja di kota. Bermimpi jadi kaya raya. Padahal kini setelah dapat semua, bahagia dulu saat miskin tidak berubah menjadi surga. Tetap saja namanya bahagia. Tetap saja rasanya sama.

Beberapa meter dari tempat aku duduk, terlihat Sabrina keluar dari ruang anggrek dua. Wajahnya datar. Di matanya masih menggenang air yang siap luber di pelabuhannya. Mungkin hatinya sudah luber, mungkin malah banjir.

“adikmu perempuan ya Sa?”

“Anak badut. Mana punya jenis kelamin!” 


Sabrina… Tuhan pasti menyimpan cerita lain untuk kamu dibalik ini semua. Jangan menyesal atas susah sepeti aku dulu aku menangisi miskin. Jangan menuntut indah pada Tuhan seperti aku dulu menjerit minta harta. Tuhan tidak menyakitimu, gadis muda. Hanya sedang membuatmu tau, betapa indah setelah terlebih dulu menikmati susah itu rasanya nikmat! Sangat nikmat!
Percayalah, aku pernah. 

-----------



 bersambung.

 Purwokerto, 8 mei 2011


Negeri Angka, Kerja dan Robot Bernama Manusia

Di negeri ini, hidup tersandarkan pada kebutuhan yang harganya tak pernah sepadan dengan penghasilan. Keluarga yang butuh makan membuat pekerjaan hanya sebatas mencari penghasilan. Semua mahal. Jangankan makan, buang air pun bayar. Di negeri ini segala kerja dikerjakan oleh robot bernama manusia. Yang penting pekerjaan selesai dan kebutuhan untuk keluargapun tunai. Tak peduli kerja dari pagi hingga pagi lagi. Tak jadi soal kerja yang bukan cita-cita. Yang penting kerja. Yang penting penghasilan. Yang penting makan.

Seorang teman datang padaku. Sumingrah sekali dia. Baru dapat pekerjaan, katanya. Gajinya lumayan, cukup untuk makan dan hidup tenang tanpa lilitan utang. Akhirnya.. setelah berbulan-bulan dia cuma kesana-sini bawa lamaran. Ujian menjadi pegawai di negeri sendiri, tidak sanggup dia bayar. Gaji sebulan dua juta harus sogok dulu minimal delapan puluh juta. Uang darimana? Makan pun masih minta orang tua. Dan pekerjaan ini menjawab doanya. Akhirnya dia diterima kerja. Sayang, Ijazah bertuliskan ‘Sarjana Pendidikan’ dia tukar dengan pekerjaan menjadi akunting di sebuah bank. Bermodal IPK tiga koma lima, dia kandaskan cita-citanya menjadi guru bahasa Indonesia. Kemampuan soal gampang, bank jaman sekarang menyediakan pelatihan instant untuk para calon pekerjanya. Syaratnya mudah, IPK setinggi langit di ijazah.

Di negeri ini, ternyata bekerja dan mendapat pekerjaan mudah. Menjalani kuliah dan mendapat IPK tinggi lalu jadilah robot pekerja bernama manusia. Kemampuan menjadi nomor dua. Pekerjaan jaman sekarang lebih peduli dengan IPK tinggi daripada kemampuan pribadi. Dan kalau punya rupiah diangka ratus juta, bekerjalah sana menjadi pegawai negeri dengan menyingkirkan ribuan pesaing yang tanpa rupiah sama sekali.

Teman lain datang dan bercerita. Betapa bahagia dia, lulus cepat dengan IPK dahsyat. Tiga koma delapan. Senyum bahagianya meledekku, kartu hasil studi terakhirku hanya dihampiri oleh angka dua koma. Dan disaat dia asyik bercerita tentang acara wisudanya, aku masih bergelut dengan tugas kuliah yang harus sampai ke meja dosen sebelum lusa. Dia bahagia. Dunia kerja sebentar lagi akan segera menjemputnya. Atau dia yang menjemput kerja, maksudnya. Di negeri ini lebih sering yang seperti itu.

Aku ingat, beberapa bulan lalu kami masih sibuk mengerjakan tugas bersama. Kami sibuk belajar untuk ujian bersama-sama. Semua tugas kami sama. Hanya cara penyelesaiannya yang berbeda. Tugas-tugasnya selalu sesuai dengan apa yang dosen katakan. A ya dia buat A. B ya dibuat B. Padahal, studi yang kami jalanin menuntut kreatif. Jurusan ilmu komunikasi. Fotografi, desaign grafis, menulis di media massa, retorika, hubungan masyarakat, Radio dan segala rupa mata kuliah yang seharusnya membuat kami berfikir kreatif sendiri. Aku jadi bertanya, apa semua studi seperti ini? Manut sekali dengan kotakan materi sang dosen tanpa mau berfikir sendiri. Ah nyatanya memang. Kuliah masa kini memang menjadikan mahasiswa malas memperkejakan otak sendiri, pantas kalau angka robot manusia semakin meninggi.

Temanku sudah akan menjadi sarjana. Sedangkan aku masih harus menyandang label sebagai mahasiswa. Dia kuliah terus mengejar angka. IPK. Semua tugas dan ujian dia kerjakan dibawah tekanan kewajiban. Yang penting duduk di depan, tugas selalu dikerjakan, hafalan, ujian, lalu angka IPK pun akan sangat memuaskan. Hafalan? aku bahkan ingat betapa dia dan beberapa mereka yang kini akan sarjana selalu menghafal ketika akan ujian. Demi nilai yang tidak mengecewakan. Bahkan tidak peduli jika tidak mengerti materi sama sekali. Karena memang selalu begitu. Yang keluar di ujian adalah plek-plekan seperti yang tertulis di modul harian. Menjawab dengan pengetahuan dari lain referensi adalah bunuh diri.

Aku malas menghafal. Hafalan akan hilang dua atau tiga hari ke depan. Untuk apa? bekerja tidak butuh hafalan, teman! bekerja butuh kemampuan. Ah iya, aku lupa. Di negeri tempat kita berdiri ini, Sistemnya memang sudah seperti ini. Mengintip pendidikan adikku sendiri. Sejak sekolah dasar kita sudah dibiasakan demikian. Catatan, Hafalan, Ujian lalu lulus bersamaan dengan menguapnya ingatan pengetahuan. Hafalan kebut semalam tidak pernah bertahan. Pelajari dan mengerti, bukannya seharusnya seperti ini?
Kita kuliah demi mengejar angka. Tingginya IPK menjadi tujuan kita duduk di ruang kuliah setiap harinya. Kita lulus kuliah hanya untuk bekerja. Ijazah dengan IPK tinggi menjamin kerja, katanya. Peduli setan bekerja yang tidak sesuai dengan cita-cita. Toh memang jaman sekarang sulit ditemukan makhluk bernama cita-cita. Yang ada hanya ‘yang penting bekerja. Dan sarjana dengan embel-embel IPK tiga koma adalah modalnya!’

Purwokerto, 2011

Di negeri ini, mahalnya kebutuhan hidup tak bisa lagi dikoma cita-cita.




hey. udah pernah liat video klip yang satu ini? hahaha menohok sekali :)

----------------




*sekedar repost catatan lama. mau jalan-jalan blog tapi jaringan lagi push up. mau ke warnet belom sempet. jadi ajaaa ngepost beginian. huks. 
kangen kalian temens blogger! sini cipok satu-satu :*

Badut Selangkangan

Semuanya blur. Pandanganku tinggal bayangan-bayangan kehitaman yang sesekali memutih. Engah nafas mengguncangkan tubuhku. Sempoyongan aku terus berusaha berdiri. Tidak. Tidak ditempat seperti ini aku kalah. Bertahan. Sampai engah nafas dalam mengakhiri pertahananku. Aku ambruk. Beserta sekotak makan siang yang kini tak lagi berbentuk.

————–

Kalau bukan karena ibu, tidak akan aku mengiyakan permintaan ayah. Ibu adalah alasan. Iya. Ibu adalah kenapa aku selalu diam dan terbungkam. Perasaan ibu menjadi alasan. Dan masa depan adik kecil menjadi taruhan. Senyum ibu yang membuat aku keluar rumah setiap jam makan siang. Sekotak makan siang penuh cinta yang membuat aku harus menjadi kesetanan dalam perjalanan dari rumah ke… kantor ayah!

Mengantar makan siang untuk ayah bukanlah hal yang aku suka. Aku benci. Aku benci ketika ibu memintaku mengantar sekotak makan untuk ayah ke kantornya. Aku benci ketika mobilku melaju menyusuri jalan besar menuju kantor ayah. Aku benci berhadapan dengan gedung 17 lantai tempat ayah siap tersenyum menyambutku datang. Dan tapi, hal yang paling aku benci adalah ketika sampai depan ruangan ayah. Mengetuk pintu ruangan ayah adalah neraka!

“siang tante Dian..”

“siang Sabrina.. nganter makan siang buat ayah ya?”

Tante Dian tersenyum miris. Aku tau apa yang tak terucapkan dari gerakan terakhir di bibirnya. Selalu seperti ini. Membalas dengan senyum lalu menuju ruangan ayah tempat nerakaku dimulai. Tempat aku dan hatiku tak lagi pernah dipikirkan siapa-siapa. Tante Dian, Mungkin sekertaris kesayangan ayah ini satu-satunya orang yang mengerti bagaimana aku mendidih ingin membakar ruangan ayah beserta seluruh isi di dalamnya. Dan tuhan. si maha itu pasti sangat tau kalau mimpi terbesarku dalam hidup adalah menghabisi ayah dengan tanganku sendiri.

Tidak! Ayah belum harus mati. Ibu menunggu kotak makan siang ini kosong di rumah.

Tok. Tok..

“ayah…”

Suara ku berteriak dengan tenaga tak seberapa. Habis. Energiku habis untuk mengatur buruan nafas ketika bersiap diri mengetuk pintu ruangan ayah. Bukan. Bukan mengatur nafas. Mengatur nafsu untuk membunuh mungkin terdengar lebih tepat.

“Sasa.. sini masuk”

Ayah membuka pintu. Tersenyum manis. Di belakangnya menyambut seorang perempuan terduduk membetulkan kancing seragam merahnya dengan senyum yang tak kalah manis.

“hay honey.. sini masuk..”

Aku menggeleng. Nafasku memburu haus nyawa si empunya sperma. Ingin menampar ayah dan mendorongnya keluar jendela. Ingin menjambak si perempuan berambut gelombang lalu memisahkan kepala dengan tubuhnya. Dan lalu menghidupi ibu serta adik kecil di desa yang biaya hidupnya tak butuh kerja mewah begini segala.

“Sasa.. masuk!”

Ayah setengah membentak. Aku maju beberapa langkah. Berhenti tepat di sebelah sofa tempat si perempuan badut terduduk. Ayah menutup pintu. Selalu begitu. Pelacur dengan seragam sales promotion girl perusahaan asuransi ini selalu aman diketiak ayah.

“Sasa udah gak tahan!”

“ngomong apa kamu?"

“anak gadis mana yang tahan kalau setiap siang harus liat ayahnya selingkuh sama SPG di kantornya begini! Sedangkan makan siang dari ibu gak pernah absen datang untuk ayah!”

Si badut dengan seragam merah tersenyum ke arahku. Iblis! Jangan pikir dengan senyumnya dia bisa membuatku menerimanya untuk bermesraan dengan ayah setiap hari. Ah, ibu! Kalau saja cintanya yang berlebihan tidak pernah kupikirkan. Dan kalau saja soal ayah tidak akan membuat ibu terluka. Sudah kuhabiskan pelacur ini beserta selingkuhannya sekalian! Bangsat!

“Sasa honey.. kok kamu gitu sih.. kamu gak sayang ya sama tante..”

Lagi. Si pelacur membela diri.

“Sasa capek. Sasa sakit, yah! Sasa mau ayah tinggalin tante Nina. Selamanya”

Muka ayah memerah. Marahnya sudah akan menyerangku hingga besok siang lagi. Pasti, setelah ini tak ada jatah uang kuliah sampai semester depan.

“Sasa!!”

Ayah membentak. Si pelacur beranjak mendekat.

“honeeeeey… kamu tega sama tante? Tega kamu sayang? Kalau ayah kamu ninggalin tante, nanti adik baru kamu makan apa, Sasa..”

Adik baru ? a adik? Badut selangkangan ini hamil? Ha hamil? Anak ayah?

Aku menatap ayah membelalak. Ayah mengangguk.

Brakkk!

Pergi!
Pergi Sasa.
pergi.

——

“Sabrina.. kamu gapapa? Tadi mama kamu nelpon tante. Katanya kotak makan siang ayah jangan lupa dibawa pulang lagi..”







blur.





bersambung.


purwokerto. 25 november 2010