Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Tanpa Pernah Sekalipun Tertukar

Saat sedang di'cekik' masalah besar, satu-satunya yang mengingatkan aku untuk solat adalah seorang nasrani bernama Bunga Pandiangan.


Kami sering mengawali acara tidur bersama dengan gegoleran sambil bertukar cerita soal kitab suci masing-masing. Kami bersama-sama berbelanja kebutuhan lebaran, menyiapkan bahan-bahan opor ayam, ketupat, sampai pernak pernik rumah menjelang hari raya. Kami bersama-sama membongkar lemari saat dia akan pergi ke gereja namun pakaiannya seperti anak gadis mau nge-mol. Kami menghabiskan waktu berjam-jam menonton acara ceramah ustad Yusuf Mansyur di televisi sambil menyeruput kopi segelas berdua dengan baju tidur yang belum ganti sejak kemarin. Beratus-ratus kali kami makan bersama dan selalu menyisipkan beberapa detik sebelum makan untuk berdoa dalam diam karena kami tak satu doa.

"Net.. Tuhan lo kenapa disalib?"
"Yaiyalah.. kalo gak disalib, nanti gak ada ceritanya di alkitab. Trus gue baca apaaaa"
"Net.. lu waras kan?" 

Kami bersahabat, kami saling mengucapkan selamat hari raya, kami saling percaya bahwa agama kami berdua adalah ada dan tidak satupun salah. Namun untuk hal sekecil makan pun, kami tetap menyisipkan 'diam' untuk berterimakasih pada Tuhan dalam keyakinan masing-masing. Karena ketika menghadap, kami selalu dan selalu kembali pada keyakinan yang kami punya,

Tanpa pernah sekalipun tertukar.

Purwokerto, besok natal, 2013

Secuil Syukur di Akhir Desember


Saat akhir Desember ramai dengan end year sale  barang- barang idaman, Tuhan mengajarkan saya bersyukur dengan harus mengeluarkan jutaan rupiah untuk biaya rumah sakit yang sama sekali tidak kenal diskon.  Jutaan rupiah untuk barang-barang idaman di akhir tahun tinggal kenangan. Tidak secuil pun berbekas. Hanya menyisakan tumpukan kertas tagihan rumah sakit yang harus segera diselesaikan.

Hal-hal paling berharga dalam hidup, ternyata tidak pernah setara dengan uang berapapun atau barang sekeren apapun. Tapi Tuhan memberikannya gratis. Tanpa harus saya membayar satu perak pun.
Saya hanya harus menjaganya. Merawatnya. Bersyukur atasnya.

Dan seringnya saya lupa.


Purwokerto, baru pulang dari rumah sakit, Desember 2013

Desain Blog Buat Si Gaptek

Suka gregretan gak sih kalau liat blog orang lain yang desainnya cakep banget? Antara sirik sama sirik banget. Pengen rasanya punya blog yang desainnya begitu, tapi apa daya, bayar desainer blog gak mampu, bikin sendiri lebih gak mampu lagi.

Nah, aku punya tips nih, bikin tampilan blog biar gak jelek-jelek amat buat kamu yang gaptek dan kere (kayak aku). Pasti rasanya beda dong, desain blog utak atik sendiri sama pakai desain yang di sediain blogspot. Biarpun hasilnya gak sekeren desain blog yang kita sirikin, tapi minimal desain blog kita- cuma kita yang punya.

Hadiah di Hari Blogger

Kalau ada pepatah yang bilang, biar telat asal pamer. Aku setuju banget!

Hari blogger udah lewat jauh yes? Harusnya postingan ini dijemur bentar, kasih garem, terus goreng biar jadi rengginang. Basi banget cyin! Tapi seperti kata pepatah, biar telat asal pamer. Jadi plis, anggep aja hari blogger nasional baru kemaren yah yah yah

Jadi begini, sebagai blogger yang kupernya mentok hingga langit ketujuh, aku ini enggak pernah tau kapan itu Hari Blogger Nasional. Boro-boro tau tanggalnya, tau kalau Indonesia punya Hari Blogger aja baru sebulan yang lalu. Dan kerennya, blogger kuper yang gak tau hari blogger ini hobi banget ngaku-ngaku blogger sejati. hahahahah ayo tolong diteriakin "blogger sejati dari hongkoooong".

Di Hari Blogger Nasional kemarin, aku sok-sokan yoi aja pagi-pagi pasang status bbm "Selamat Hari Blogger!", jadi kesannya aku beneran blogger sejati gituuu. Padahal tau kalau hari itu hari blogger juga beberapa menit sebelumnya. Gara-gara gak sengaja liat hashtag di twitter pas lagi kepo pagi. Kepo membawa berkah eym?

Di hari yang sama, aku kedapetan hadiah dari koran lokal Banyumas. Seperangkat berita tentang Melody JKT48 yang hobi ngeblog dibayar tunai. Iyes, aku juga baru tau kalo ada anggota JKT48 yang hobi ngeblog. Keren yah dia yah.



Buat aku, berita tentang Melody JKT48 ini semacam hadiah di Hari Blogger Nasional. Ya ampun.. ini koran lokal ngerti banget sih, selain kuper, aku adalah blogger yang gayanya lebih banyak daripada pretasinya. Banyak gaya. Yes, I am! Dipajang segede alaihim gambreng di koran begitu, sumrigahnya gak udah-udah tiga puasa tiga lebaran.

Purwokerto, 21 hari setelah Hari Blogger Nasional November 2013

Selamat Hari Blogger Nasional, teman-teman blogger! Semoga Hari Blogger kali ini membawa kita pada kejayaan blogger Indonesia. Ehem, kata pepatah di atas di awal postingan gak perlu aku ulang kan?

The Power of Buat Punya Punya


Aku bukan orang yang hobi-hobi amat dandan. Buat aku, selama suatu tempat masih bisa dijangkau dengan tanpa mandi (minimarket, warung, atm, kosan temen, kampus), berarti cuci muka - sikat gigi - pake pelembab - bedak - lip balm - adalah cantik.

Tapi jadi lain cerita saat suatu hari aku jalan-jalan di beauty fair dan menemukan diskon besar-besaran sebuah merk produk kecantikan. Namanya juga perempuan eym.. liat diskon udah kayak liat selingkuhan suami. Beringas. Eyeshadow pallete lima belas warna yang dibandrol harga dua puluh ribu bikin aku gak bisa biasa aja. Oke. Mari kita ulang supaya dramatis. Eyeshadow pallete LIMA BELAS WARNA HARGANYA DUA PULUH LIMA RIBU. Perempuan mana yang bisa jaga diri liat begituan? Hahahahaha

Perempuan adalah perempuan, sekalipun gak doyan pake eyeshadow dan gak lagi butuh, eyeshadow dengan harga menggiurkan itu akhirnya berhasil mengorek kantongku dan aku angkut pulang. ah, lumayan.. buat punya-punya. Pikirku waktu itu. Ya lumayan dong.. punya eyeshadow pallete lima belas warna yang murah meriah. Siapa tau sewaktu-waktu butuh, kan udah punya. Ya gak?

GAK! Suer werewerewer jawabannya ENGGAK! Eyeshadow pallete itu udah hampir sebulan ngejogrok gitu aja di rak kamar. Yang pernah cuma satu-dua warna. Itupun dandan iseng-iseng nyobain eyeshadow baru trus diapus lagi. Selebihnya, ya mereka berlima belas anteng ayem aja di pojokan kamar. Boro-boro dipake dandan, dibuka aja enggak. Kalau ada acara yang mengharuskan aku dandan, aku tetap pakai eyeshadow lamaku yang cuma dua warna dan udah retak karena pernah terjun bebas dari meja. Namanya kosmetik andalan, mau punya lima belas warna juga teteuuup aja yang dipake itu lagi itu lagi.
Pic Source
Eh? Aku belum cerita tentang kuteknya ya?
Ini lebih wow lagi. Di beauty fair itu, ada booth lain yang menawarkan kutek seharga lima puluh ribu rupiah. Mahal yes? Mahal kalo cuma satu. Yang ini lima puluh ribu gak dapet satu, tapi dua puluh lima botol. Cus ah mendramatisir lagi: LIMA PULUH RIBU UNTUK DUA PULUH LIMA BOTOL KUTEK. Astagampun... berarti satu kutek harganya dua rebuuuu? Lagi, perempuan mana yang bisa menjaga kehormatan kantongnya untuk barang semenggiurkan itu? Hahahahaha (ini kenapa makin lama makin lebay sih). Gak banyak cincong deh, itu kutek dua puluh lima botol resmi jadi punya aku dalam sekali lirik. Buat apaan? Selalu.. buat punya punya. Lumayan deh buat ganti-ganti warna kuku, atau buat ke kondangan yang harus dandan mencling. Kan warnanya jadi bisa milih. Lumayan banget ya?

ENGGAK! lagi-lagi jawabannya ENGGAK! dua puluh lima botol kutek itu cuma pernah aku pakai DUA KALI. Warna putih dan bening. Itu juga cuma seminggu. Setelahnya diapus lagi karena mensturasi aku Alhamdulillah normal cuma seminggu. Dan dasarnya aku emang gak terlalu suka pakai kutek. Kukunya keliatan kotor dan risih kalau buat makan pakai tangan. Ya terus ngapain dibeli? Itu dia... buat punya-punya.

 --

Pernah mengalami kayak aku? Beli barang tergiur murah atau bagus fisiknya aja? Merasa kudu banget beli karena punya alasan kuat: Buat punya punya.. Saat udah dibeli dan sampai rumah, cuma jadi pajangan paling bagus jadi pameran ke tetangga. Emang sih, gak nyesel belinya. Toh puas dan biasanya harganya murah. Tapi.. kepakai kah? Atau akhirnya kita sadar kalau.. "Hehe.. sebenernya sih mubazir. Nanti aja deh tunggu bosen trus kasih orang".

Yuk, ah jaga hati. Bukan.. bukan jaga hati ala alim alim gitu. Bukan jaga hati biar gak zina juga bukaaan. Jaga hati supaya gak kalap kalau liat barang yang bikin kita mikir 'Beli ah.. Lumayan buat punya punya..". Sadarkan diri saat berhadapan dengan si barang, mereka gak akan kepakai! Gak! Gak usah dibeli! Mubazir!

Iya bener, susah! Apalagi perempuan dan terlanjur tandem sama diskon. Boro-boro jaga hati, jaga suami atau anak aja kadang lupa. Hahahaha. Aku lagi belajar untuk ini, dengan keteguhan hati mau nabung supaya bisa ngerayain wisuda pakai uang sendiri dan mengurangi gaya hidup super-konsumtif. Doakan ya.. Semoga hatiku kuat menjalaninya. Sekalian puasa belanja, bho.. Numpuk banget barang gak kepakai di kamar. Udah gak suka, tapi dibuang sayang.


Purwokerto, sambil meratapi eyeshadow pallete gak guna 12 november 2013

Eh, wait..
Ngerayain wisuda? wisudaaa? Pungky mau wisudaaaa? Buat apaan?
Ehem.. lumayanlah gelar sarjana.. buat punya punya..

Bagiku Agamaku Bagimu Agamamu




Saat pemeluk agama lain sudah makan ngumpet-ngumpet demi menghormati puasa kita, kenapa agama kita malah teriak “saur.. saur...” sambil gedumbrengan bawa-bawa bedug di jam tidur mereka?

Saat pemeluk agama lain harus tahan tidak makan dan minum di tempat umum demi menghormati puasa kita, kenapa agama kita mengganggu waktu tidur siang anak-anak mereka dengan ceramah pakai toa masjid? Memangnya gak bisa ya kalau ceramahnya hanya didengar seisi masjid? Tidak perlu seisi kelurahan kan?

Saat pemeluk agama lain sibuk mengucapkan selamat beribadah ketika kita puasa, kenapa agama kita tega mengobrak-abrik hari raya mereka? Tega merusak bahkan membakar fasilitas ibadah mereka yang mereka bangun dengan uang mereka sendiri. Kenapa?

Kenapa kita membakar? Kenapa kita merusak? Kenapa kita menjadi seperti preman? Kenapa kita melakukan kekerasan atas nama agama? Memangnya dulu nabi Muhammad konvoi motor sambil bawa-bawa bambu dan merusak tempat-tempat maksiat dengan seenak jidat ya?

Dimana toleransi? Dimana rasa bertetangga dan bersaudara? Bukankah agama kita mengajarkan soal bagiku agamaku bagimu agamamu? Bukankah agama kita adalah rahmat bagi alam semesta raya beserta isinya? Lalu mana rahmat untuk mereka? Bukankah pemeluk agama lain juga ciptaan Tuhan kita? Hanya beda agama. Beda jalan tempuh menuju Tuhan. Kalau dari Jakarta ke Bandung, ada jalan lain selain Puncak kan? Muter ke Afrika dulu juga bisa kok nyampe Bandung.

Macaroon Love, Sisi Nyentrik Cinta, Cita dan Rasa



 
 
Judul Buku     : Macaroon Love
Penerbit          : Qanita
Penulis           : Winda Krisnadefa
Halaman        : 264 Halaman
ISBN             : 978-602-9225-83-9


Judulnya Macaroon Love. Dengan tagline, cinta berjuta rasa. Penulisnya adalah seorang Emak kebablasan gaul yang gak boleh disebutkan namanya (macam voldemort). Buku ini bercerita tentang perjalanan cinta dan cita seorang food writer nyentrik, aneh, unik, ajaib alaihim gambreng bernama Magali. Perempuan aduh apa banget dengan latar belakang keluarga yang membuat aku ngedumel “Mak! Plis banget deh kalo bikin karakter!”. Kisah cinta dan cita-cita yang dikemas dalam bungkus dunia kuliner, membuat novel ini jadi wow. Gak seperti novel Indonesia lain yang walaupun bagus, tapi kemasan besarnya gitu-gitu aja. Mentok di Paris, musim salju, sakit hati, cinta segitiga, friendzone, atau perempuan sosialita. Basi.

Ceritanya mengalir dan bikin ketagihan banget. Khas Bu Winda. Kalau udah di baca paragraf pertama, rasanya gak mau berhenti kalau belum sampe titik halaman terakhir. Setting tempat yang familiar juga bikin novel ini nyaman di otak (otak pemales kayak aku maksudnya). Karena aku rada males baca novel yang kudu banyak-banyak googling. Bikin penasaran sekaligus bikin puyeng. Tokoh-tokoh dalam novel ini terbangun dengan sangat rapi dan berkarakter. Ada Beau si bule yang kelakuannya lokal banget, Jodhi si bapak-bapak tengil dengan ending hidup yang alamakjang, Nene si nenek gaoel, Ammar si plontos ganteng yang bikin aku langsung googling gambar seorang chef berinisial AZ, dan Uni Hamidah yang maksa banget tapi super kreatif. Walaupun tokohnya ajaib-ajaib, tapi ya di sini serunya. Novel Macaroon Love ini jadi sangat-sangat hidup karena kehidupan di dalamnya yang kelewat hidup. Ribet ye? Oke. Skip.



Secara pribadi, ada hal-hal yang aku gak sreg-bahkan gak suka-sama novel ini. Pertama, judulnya. Entah apa yang ada dipikiran si Emak, sampe mau-maunya punya novel dijudulin Macaroon Love. Seingetku, judul awal novel ini adalah Magali Chronicle. Dan itu jauh lebih keren dibanding Macaroon Love. Baca judul Macaroon Love itu kayak baca judul novel yang bawa-bawa facebook, twitter, rainbow cake, atau apapun lah yang lagi tren. Nanti giliran trennya udah basi, novelnya ikutan keliatan basi. Emang sih dalam novel ini membahas tentang Macaroon. Tapi sedikit. Dan itupun gak harusnya membuat si Macaroon jadi judul novel dan berdampingan dengan Love. Jualan banget.

Kedua, aku gak suka banget sama tulisan “Cinta Berjuta Rasa”. Ya ampun, Emak. Segambreng hal keren di dalem novel ini kenapa harus disingkat jadi frasa yang macem lirik lagu jaman baheula begitu? Gak kece pake banget.


 
Ketiga, desain covernya. Awalnya aku pikir novel ini menye-menye dan Macaroon banget. Ternyata enggak. Nyeleneh, unik, seru, dan terlalu seru untuk ber-cover Macaroon numpuk warna pastel begitu. Entahlah, mungkin selera aku yang aneh, atau memang novel ini yang terlalu mainstream. Kontras sama tokoh di dalamnya yang sangat anti mainstream. Terakhir, aku agak terganggu dengan penggunaan kata hufft yang berlebihan. Tokoh dan cerita di novel ini udah menarik tanpa harus kebanyakan dekorasi huffft. Untung gak hUuFtz.

Tapi, soal isi cerita, novel ini juara! Kisah cinta plenya plenye namun dibumbui kuliner, dunia jurnalistik dan kehidupan plis dong ah para tokoh. Aku kagum banget sama penokohannya. Penulis lihai banget bikin karakter tokoh yang detil dan bikin penasaran. Siapa yang gak penasaran sama Beau? Nama Perancis yang lebih enak disebut dengan logat sunda. Hahahaha



Kutipan Favorit:

“Wishing something on your birthday upon your cake is bullshit! Kalo lo mau sesuatu, lo harus usaha, bukan berharap di depan lilin” - Macaroon Love


Purwokerto, 11 May 2013


Kalo mau punya juga, beli di toko buku ya, udah tersedia kok di toko-toko buku se Indonesia. Jangan beli ke penulisnya, nanti dikatain oon kayak aku. Sip. Mantap.

Soal Sarjana dan Tai Kucing yang Menempel di Toganya

Menjadi mahasiswa semester banyak kayak aku, kalimat ngehe yang paling sering mendarat di telinga adalah: "kapan wisuda?". Pengen rasanya sepuluh detik meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-tersering-semester-ini tadi dengan senyum manis dan sejungking jari tengah untuk si penanya. Tapi ah, peduli setan. Sayang amat ngebuang sepuluh detik buat jawab pertanyaan-tersering-tapi-juga-ter-gak-penting. Jadi ya dengerin aja sambil pasang muka "makasih ya perhatiannya".




Rejeki dari Kampung Fiksi

Sebenernya tadinya gak niat-niat amat mau ikutan, karena tersandung tragedi kantor pos gak jual kartu pos. err. Tapi di akhir-akhir waktu penutupan lomba, seorang temen yang alangkah baiknya ngasih aku kartu pos tiga biji. Jadi deh aku ikutan. Penutupan lomba jam 12 malem, aku ngirim jam 11 malem lewat banyak. Iya, emang keliatan banget gak niatnya. Udah pasrah juga. Menang syukur, enggak ya udah. Soalnya udah yakin, panitia pasti gak buta, tau mana yang niat ikut lomba beneran, mana yang niatnya abal-abal kayak aku. hehehe. Beberapa minggu kemudian pengumuman, eh ada nama akunya. Sempet gak percaya. Trus dibaca lagi pelan-pelan pengumumannya, eh beneran. Aku menang. hehe. Alhamdulillah..


Iya, aku menang lomba Post Card Fiction Edisi Valetine yang diadain Kampung Fiksi. Lomba nulis fiksi singkat di atas kartu pos. Trus kartu posnya dikirimin ke panitia. Aku nulis tiga biji fiksi (biji?) yang semuanya aneh alaihim gambreng. Tapi ya emang rejeki kali ya.. Salah satu flash fiction aku yang judulnya Namaku Susan ternyata dipilih tante-tante juri buat menang. hehe hehe

Hadiahnya Smartfren Andromax U sama kaos Kampung Fiksi. Hape canggih dual sim card dengan kecepatan was wes wos. Sejujurnya aku gak terlalu paham sama ini smartphone, tapi si pacar yang melek tekhnologi itu girang banget waktu tau aku dapet Andromax U ini. Katanya cepet, dual sim card juga, trus sandwich-sandwich apa gitu lah gak tau. Pokoknya kata pacarku ini smartphone bagus. Kalo kata aku, ini smartphone gratisan, jadi mau gimana juga ya aku bilang bagus. hahahaha

Makasih ya Kampung Fiksi.. Makasih Smartfren. Makasih tante Admin Kampung Fiksi yang sabarnya mentok.. Makasih buat Susi, temen baik yang ngasih aku kartu pos di saat-saat terakhir..


Purwokerto, tanggal jadian 2013

Dan berkat event ini, aku jadi tau, ternyata gak semua kantor pos jual kartu pos. hahahahahaha Aneh tapi nyata, bok..

#PostcardFiction Edisi Valentine



Tulisan ini diikutsertakan dalan event #PostcardFiction Edisi Valentine Kampung Fiksi.


Bissmillah :)