Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Tanpa Pernah Sekalipun Tertukar

Saat sedang di'cekik' masalah besar, satu-satunya yang mengingatkan aku untuk solat adalah seorang nasrani bernama Bunga Pandiangan.


Kami sering mengawali acara tidur bersama dengan gegoleran sambil bertukar cerita soal kitab suci masing-masing. Kami bersama-sama berbelanja kebutuhan lebaran, menyiapkan bahan-bahan opor ayam, ketupat, sampai pernak pernik rumah menjelang hari raya. Kami bersama-sama membongkar lemari saat dia akan pergi ke gereja namun pakaiannya seperti anak gadis mau nge-mol. Kami menghabiskan waktu berjam-jam menonton acara ceramah ustad Yusuf Mansyur di televisi sambil menyeruput kopi segelas berdua dengan baju tidur yang belum ganti sejak kemarin. Beratus-ratus kali kami makan bersama dan selalu menyisipkan beberapa detik sebelum makan untuk berdoa dalam diam karena kami tak satu doa.

"Net.. Tuhan lo kenapa disalib?"
"Yaiyalah.. kalo gak disalib, nanti gak ada ceritanya di alkitab. Trus gue baca apaaaa"
"Net.. lu waras kan?" 

Kami bersahabat, kami saling mengucapkan selamat hari raya, kami saling percaya bahwa agama kami berdua adalah ada dan tidak satupun salah. Namun untuk hal sekecil makan pun, kami tetap menyisipkan 'diam' untuk berterimakasih pada Tuhan dalam keyakinan masing-masing. Karena ketika menghadap, kami selalu dan selalu kembali pada keyakinan yang kami punya,

Tanpa pernah sekalipun tertukar.

Purwokerto, besok natal, 2013

29 komentar

  1. Gegoleran di kamar, ngebahas kitab suci masing-masing tanpa perlu ngerasa guilty dan takut terkutuk, adalah the biggest mindset stretching pleasure in the world, dan gue belum pernah punya temen yang kayak gitu, I wish I have one :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kayak Afghan, gue berharap juga punya teman kayak gitu... Kebanyakan mau coba bicarain topik2 sensitif, teman-teman gue udah senewen duluan.... -_-

      Hapus
    2. Sini temenan deket sama aku aja... no senewen no sensitif.. bahas apa aja suka-suka hahahaha :D *Promosi diri sendiri* *saking gak lakunya* *pffft*

      Hapus
  2. wow..jarang baca cerita dua sahabat beda agama kayak gini..menarik! :-)

    BalasHapus
  3. Bagus banget banget banget, Pung. Aku berasal dr keluarga yg beda agama (papa dari bali, mama asli jawa). Perlu perjuangan dan toleransi yg hebat untuk tetap menjadi keluarga utuh yg saling mengasihi. Makanya suka sedih, jauh jauuuh di dalam hati, kalau sesama saling menghina. Padahal, pan kita ga dikasih hak request sama Allah, yak, mau dilahirkan di keluarga mana dgn agama apa.. Sudahlah, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Buat aku, yg penting semasa hidup dibenerin dulu semuanya, banyakin berbuat baik, berusaha ga nyakitin orang, biar punya amal cukup saat meninggal nanti. Masalah dosa-pahala, surga-neraka, biar jadi hak Veto Tuhan utk menentukan :) *sori jd curcol. hee :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... toh kayaknya Tuhan gak gitu2 amat ya.. masa murka ngeliat hambanya saling damai. Kan yang penting gak menduakan cintaNya.. *halah bahasanya*

      Hapus
  4. Pengen kasih tanda suka, tapi gak ada kayaknya ya. Tulisan ini menyentuh hatiku dek, makaci ya ^_^

    BalasHapus
  5. Si Unet kuat juga ya minumnya, sampe habis 4 gelas gitu...
    #salahfokus

    BalasHapus
  6. Selamat hari natal :)

    -dari seorang muslim

    BalasHapus
  7. saya pernah punya teman nasrani, dan pernah juga dekat sampai membicarakan hala2 yang sensitif. Tapi memang nggak pernah beneran sensitif. Yang ada malah jadi bertukar pikiran, dan kami sma2 menerima keyakinan itu. Nggak mencela, apalagi merendahkan agamanya. Tapi sekarang udah nggak dekat lagi, sayang, ya. Ya karena udah jauh juga. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sebenarnya menyenangkan tukar pikiran sama mereka. jadi tau, jadi tambah pengetahuan. Tapi ya itu ya, kebanyakan terlalu posesip sama kepercayaannya masing-masing, akhirnya tukar pikiran berujung gontok2an. hihihihi ^_^

      Hapus
  8. Saya juga pernah tidur sekamar dg teman katolik selama 3 tahun dan kami saling menghormati.

    BalasHapus
  9. indahnya toleransi. Berharap banget punya sahabat kayak gitu. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe asik lho.. apalagi dia orang batak dan aku orang jawa. Beda suku dan beda kepercayaan, semacam anugrah kami bisa temenan sedekat ini ^_^

      Hapus
  10. Bersahabat itu saling menghargai ya mbak :)

    BalasHapus
  11. Persabatanmu emang kepongpong! salute.

    BalasHapus
  12. Weh, jarang punyak sahabat beda agama, kak.
    Salut sama persahabatan kayak gini.
    Dulu pernah juga punya temen beda agama, tapi pas SD :)

    BalasHapus
  13. Toleransi itu memang asik ya pung, aku juga punya beberapa teman yang beda agama. Kadang malah di saat bersama mereka kitanya jadi lebih termotivasi untuk memperdalam tentang agama kita saking seringnya diskusi :)

    Salam untuk Bunga, temanmu :D

    BalasHapus
  14. kebanyakan terlalu posesip sama kepercayaannya masing-masing, akhirnya tukar pikiran berujung gontok2an. hihihihi ^_^

    BalasHapus