Saat pemeluk agama lain sudah makan ngumpet-ngumpet demi
menghormati puasa kita, kenapa agama kita malah teriak “saur.. saur...” sambil
gedumbrengan bawa-bawa bedug di jam tidur mereka?
Saat pemeluk agama lain harus tahan tidak makan dan minum di
tempat umum demi menghormati puasa kita, kenapa agama kita mengganggu waktu tidur
siang anak-anak mereka dengan ceramah pakai toa masjid? Memangnya gak bisa ya
kalau ceramahnya hanya didengar seisi masjid? Tidak perlu seisi kelurahan kan?
Saat pemeluk agama lain sibuk mengucapkan selamat beribadah
ketika kita puasa, kenapa agama kita tega mengobrak-abrik hari raya mereka?
Tega merusak bahkan membakar fasilitas ibadah mereka yang mereka bangun dengan
uang mereka sendiri. Kenapa?
Kenapa kita membakar? Kenapa kita merusak? Kenapa kita
menjadi seperti preman? Kenapa kita melakukan kekerasan atas nama agama?
Memangnya dulu nabi Muhammad konvoi motor sambil bawa-bawa bambu dan merusak tempat-tempat maksiat dengan seenak jidat ya?
Dimana toleransi? Dimana rasa bertetangga dan bersaudara? Bukankah
agama kita mengajarkan soal bagiku agamaku bagimu agamamu? Bukankah agama kita
adalah rahmat bagi alam semesta raya beserta isinya? Lalu mana rahmat untuk
mereka? Bukankah pemeluk agama lain juga ciptaan Tuhan kita? Hanya beda agama.
Beda jalan tempuh menuju Tuhan. Kalau dari Jakarta ke Bandung, ada jalan lain
selain Puncak kan? Muter ke Afrika dulu juga bisa kok nyampe Bandung.