Saat sedang di'cekik' masalah besar, satu-satunya yang mengingatkan aku untuk solat adalah seorang nasrani bernama Bunga Pandiangan.
Kami sering mengawali acara tidur bersama dengan gegoleran sambil bertukar cerita soal kitab suci masing-masing. Kami bersama-sama berbelanja kebutuhan lebaran, menyiapkan bahan-bahan opor ayam, ketupat, sampai pernak pernik rumah menjelang hari raya. Kami bersama-sama membongkar lemari saat dia akan pergi ke gereja namun pakaiannya seperti anak gadis mau nge-mol. Kami menghabiskan waktu berjam-jam menonton acara ceramah ustad Yusuf Mansyur di televisi sambil menyeruput kopi segelas berdua dengan baju tidur yang belum ganti sejak kemarin. Beratus-ratus kali kami makan bersama dan selalu menyisipkan beberapa detik sebelum makan untuk berdoa dalam diam karena kami tak satu doa.
"Net.. Tuhan lo kenapa disalib?"
"Yaiyalah.. kalo gak disalib, nanti gak ada ceritanya di alkitab. Trus gue baca apaaaa"
"Net.. lu waras kan?"
Kami bersahabat, kami saling mengucapkan selamat hari raya, kami saling percaya bahwa agama kami berdua adalah ada dan tidak satupun salah. Namun untuk hal sekecil makan pun, kami tetap menyisipkan 'diam' untuk berterimakasih pada Tuhan dalam keyakinan masing-masing. Karena ketika menghadap, kami selalu dan selalu kembali pada keyakinan yang kami punya,
Tanpa pernah sekalipun tertukar.
Purwokerto, besok natal, 2013