Wombat, Teruslah Menggali...

Aku inget banget, waktu aku kecil, Papa punya rejeki lebih dan bisa memberangkat dirinya ibadah haji. Berselang dua tahun, Papa punya rejeki lagi dan rindu tanah suci. Dia dengan gampangnya, ngajak adik kecilku (yang waktu itu baru 6 tahun) untuk berangkat umroh. Padahal Papa tau anaknya yang paling genggeus ini selalu ngimpi-ngimpi bisa keluar Indonesia. Menginjak tanah dan menghirup udara di negeri orang. Tengilnya si adek saat itu jangan ditanya. Ngeselinnya udah sebelas dua belas sama orang-udah-tau-lampu-merah-masih-ngelakson.

Papa bilang, Papa bisa dua kali ke tanah suci bukan perkara enteng. Ada perjuangan bertahun-tahun dan doa berjuta-juta kali. Aku dan kakak-kakakku cuma bisa menghela napas dengan cantik. Intinya satu, kalau mau keluar negeri, kami harus usaha sendiri. Adik kami diberangkatkan cuma buat jadi bahan iri-iri. Pfft, tambang mana tambang..

Setahun berselang, aku dan adekku dapet tawaran untuk pertukaran pelajar ke Eropa. Tapi enggak gratis, beberapa point biaya tetap harus ditanggung sendiri dan jumlahnya gak sedikit. Kami girang dong.. Yakin banget Papa pasti mau membiayai. Apalagi si adek, yang notabene udah pernah diajak Papa keluar negeri, dia optimis banget bisa berangkat dan nyicip belajar di negara bule. Tapi nasib berkata lain, kata-kata mutiara bak Mario Teguh nya si Papa keluar lagi. Kalau mau keluar negeri, harus berjuang sendiri. Pakai uang sendiri. Dan kali ini si adek, karena dianggap udah besar, kena juga dikepret kultum Papa. Hahahaha Selamat bergabung di barisan sakit hati, bro.. :))

---

Bertahun-tahun berlalu, aku sedikit banyak udah lupa sama mimpi keluar negeri. Pernah sekali dipantik lagi, aku daftar beasiswa lingkungan ke Thailand. Gatot. Sejak saat itu aku menamparkan diri sama realita. Mahasiswi males kuliah, otak pas-pasan, sekarang kerja gaji gak seberapa. Yaudahlahya, buang jauh-jauh mimpi bisa keluar Indonesia. Gak mungkin. Sampai tahun jebot juga gak bakal aku punya uang untuk berangkat.

Dewi Lestari bilang di salah satu novelnya, bahwa salah satu bakat yang dia punya gak pernah dia tonjolkan. Dia biarkan bakat itu menjadi seperti Wombat, tikus besar Australia, diam-diam tapi terus menggali. Mimpi keluar negeri ternyata menjadi Wombat dalam diriku. Diam-diam, sedikit-sedikit, tetap berusaha menggali.

Beberapa kali aku ikut lomba menulis berhadiah jalan-jalan keluar negeri. Siapa tau mujur, pikirku. Aku juga sempat rajin ikut lomba foto berhadiah jalan-jalan keluar negeri, bermodal kamera DSLR hadiah dari Papa. Nabung dari gaji gak mungkin banget, apalagi mengandalkan beasiswa, sadar diri aku ini pemalas kelas berat kalau soal kuliah. Jadi, satu-satunya yang bisa aku harapkan adalah hoki.

Bulan puasa kemarin, Okky Jelly ngadain lomba resep berhadiah jalan-jalan ke Legoland Malaysia. Awalnya aku gak peduli, tau diri aku ini gak bisa masak. Tapi Wombat dalam diriku terus menggali. Kebetulan Baby Nguwil suka banget sama Okky Jelly, dan aku suka nyetok beberapa bungkus di rumah untuk antisipasi kalau dia rewel minta jajan. Dicoba gak salahnya, betul? Jadilah aku nekat bikin dan submit resep andalan kesukaan Baby nguwil, lalu aku kolaborasi dengan Okky Jelly. Hasilnya, crepes dengan toping Okky Jelly yang aku kasih nama Baby Jelly Crepes. Secara subjektif, Baby Jelly Crepes ini enak banget! Baby Nguwil sekali makan bisa abis 2 potong. Bersama Bissmillah, resep itu meluncur manis ke microsite Okky Jelly. Seperti biasa, detik-detik deadline :P

Wombat terus menggali, Tuhan maha mengerti. Rejeki itu dateng juga. Okky Jelly dan Tabloid Nova (sebagai penyelenggara), menyatakan resepku menjadi pemenang ke tiga. Dan aku mendapat kesempatan untuk liburan ke Legoland Malaysia. Yap, Legoland MALAYSIA. Aku akan menginjak tanah di luar Indonesia untuk pertama kali. Maturnuwun Gusti Ingkang Widhi :)

Hadiahnya untuk ibu dan anak, aku dan Baby Nguwil siap untuk berangkat. Tapi Tuhan Maha Menetapkan, di waktu-waktu menjelang keberangkatan, paspor Baby Nguwil gagal selesai. Terpaksa aku harus cari anak lain yang bisa dibawa. Aku pikir cuma 3 hari 2 malam, Baby Nguwil pasti baik-baik aja kalau ditinggal.

Pilihan jatuh ke Abyan, anak paling kecilnya Mak Noe. Pertimbanganku, Mak Noe ini pegiat bakcpacking with children. Anak-anaknya pasti udah biasa dibawa jalan-jalan jauh dengan berbagai kondisi. Baiklah Abyan, rejekinya kamu untuk liburan ke Legoland sama aku :)

Perjalanan gak begitu mulus, seminggu sebelum jadwal keberangkatan, aku harus menghadapi paniknya suasana kota karena Gunung Slamet erupsi dan kotaku hujan pasir. Sempat mau aku hanguskan hadiah jalan-jalan ini. Gak mungkin aku meninggalkan rumah dalam keadaan hujan pasir begitu. Belum lagi keluargaku sempat kehabisan uang dan kami gak punya seperakpun untuk memberangkatkan aku ke Jakarta, Baby Nguwil sempat rewel berhari-hari, dan pasporku, baru bisa jadi H-1 sebelum aku harus berada di Jakarta. Semua jadi komplet saat Abyan tiba-tiba ngambek, dia melalui Mak Noe, menyatakan menolak untuk jalan-jalan sama aku ke Malaysia.

Tapi Wombat terus menggali.. Mimpi menginjakan kaki di luar Indonesia, pelan-pelan, diam-diam, menyelesaikan satu-satu masalah kami. Dan tepat 25 September 2014, untuk pertama kalinya, aku menginjakan kaki di luar Indonesia. Menghirup udara Singapura, dan bersiap menaklukan Legoland Malaysia. Noraknya jangan ditanya. Baru nyampe bandara Soeta aja langsung check in di facebook :))

Purwokerto, 10 Oktober 2014

Wombat, pelan-pelan, diam-diam, teruslah menggali...