Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Karena Pertumpahan Lendir Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Kalau orang yang membaca Galaksi Pungky sejak 2011, pasti tau, di blog ini dulu pernah ada label Selangkangan. Label ini berisi catatan-catatan tentang hal yang kata orang-orang saru, tabu, jorok, gak sopan, dan negatif-negatif lainnya. Aku pernah bermimpi menulis buku tentang sisi lain kehidupan pekerja-pekerja seks, gak sekedar mengangkat fenomena keberadaan mereka yang lantas salah, dosa, sampah masyarakat, dlsb. Aku bermimpi menulis buku tentang mereka dan detil-detil hidupnya yang jarang kelihatan orang, bagaimana mereka berbahagia, misalnya. Atau sesederhana, apa yang membuat mereka tetap semangat bangun pagi lalu mandi setiap hari.


Semangat menulis buku ini, memaksa aku sksd sama berbagai lembaga, orang-orang ataupun perangkat pemerintahan yang sering menyentuh dunia mereka. Aku 'ngintil' orang-orang kesehatan yang melakukan pemeriksaan vct ke lokalisasi, aku kerja di lsm yang mengurusi para pekerja seks tidak langsung, aku menyusupkan diri bersama staff-staff rumah sakit yang melakukan konseling ke rumah-rumah mereka, lewat berbagai cara, aku berusaha nyemplung tanpa terlibat ke dunia para pekerja seks. Perempuan, laki-laki, ataupun banci.

Di tengah perjalanan menulis buku, aku tiba-tiba merasa jahat kalau tulisan-tulisan itu dibukukan lalu dijual. Kehidupan mereka yang aku ubek-ubek, masa begitu aja jadi dagangan? Aku dapat uang dari hasil jual kisah kehidupan orang? Gak. Hubungan aku dan kehidupan pekerja seks gak sekomersil itu. Aku menulis mereka bukan karena aku butuh uang dari jualan buku. Aku menulis mereka untuk belajar jadi manusia. Aku menyentuh mereka, karena mereka menyentuhkan aku dengan hidup. Akhirnya aku putuskan untuk memposting beberapa tulisan ke blog. Apa yang aku telusuri, yang aku sentuh, yang aku dapat, biarlah dibaca orang tanpa biaya. 


Salah satunya, aku tulis bulan Januari 2014, di sini. Tentang bagaimana kondisi finansial, seorang pekerja seks komersial. Orang-orang menganggap menjadi psk adalah enak dan gampang. Modal ngangkang doang lalu berlimpah uang. Kenyataannya enggak. Hidup tetap berlaku adil pada siapa-siapa, termasuk pada mereka yang menjajakan tubuhnya. Manusia yang menganggap menjual diri adalah jalan pintas bagi orang-orang malas, kuajak membuka mata. Keuangan mereka gak seindah yang selalu kita bayangkan. Gelimang harta yang mereka dapat, tersedot hukum alam yang bekerja adil dan rata. Mereka malas? Gak. Sama sekali salah kalau ada yang bilang pekerja seks perkara ngangkang doang. Ada diantara mereka yang rela ditiduri sehari 8 kali. Bagi yang sudah menikah, tentu tau kan bagaimana lelahnya sekali berhubungan seksual? Setelahnya pasti ingin tidur karena lemas. Mereka gak. Setelah klimaks, harus siap dari nol lagi untuk lawan yang lain. Sehari 8 orang, bayanginnya aja udah ngos-ngosan.

Lalu kenapa mereka tetap di sana? Aku gak mau membela, buat aku mereka tetap salah dan dosa. Tapi aku gak juga mau menghakimi. Hidup selalu tentang pilihan, kan? Mereka memilih. Sekalipun sulit diterima akal sehat kita, begitulah pilihan yang mereka buat.

Purwokerto, akhir Desember yang penuh hujan, 2014

Karena pertumpahan lendir, tak bisa dipandang sebelah mata. Sekali lagi, hidup selalu berlaku adil pada siapa-siapa, termasuk mereka yang menjajakan tubuhnya.

--

12 komentar

  1. Harus main ke mas Moammar Emka nih pung. Dia jagonya masalah begini. :))
    Dan iya itu 8 kali. Gue ngebayanginnya aja engap. :o

    BalasHapus
  2. Maaf pasukan mepet deadline garis keras regional Jember gak bisa ikutan. Udah ngos-ngosan posting mau daftar udah jam 12. Gak jadiiiii :D
    Semoga sukses ya Pung :)

    BalasHapus
  3. hahaha,,,biasanya kekuatan kepepet tuh sangat bueeesar mak,,,hahaha :D

    BalasHapus
  4. setiap manusia memang memiliki sisi yg org lain gak tau ya mak....

    BalasHapus
  5. Pasukan deadline regional Bandung hadir. ngos ngosan juga.
    "Hidup memang selalu adil" indeed

    BalasHapus
  6. 8 kali sehari dan setiap hari. Ckck gak kebayang dah..

    Eh kalo gak salah salah satu bukunya kang maman (ILK) mengangkat masalah ini juga dari topik skripsinya waktu kuliah dulu. Lupa judul bukunya apa.. ��

    BalasHapus
  7. Pungky, thanks for make us think about that

    BalasHapus
  8. Ora bisa tek bayangna mbak, sedina 8 kali karo beda wong -___-

    BalasHapus
  9. Saya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
    Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
    Semoga sukses

    Salam saya
    #108

    BalasHapus
  10. Luar biasa penelusuran mbak Pungky ini. Tapi keputusan akhirnya yg membuat saya demikian salut. Ungkapan ini yang saya garis bawahi, "Kehidupan mereka yang aku ubek-ubek, masa begitu aja jadi dagangan? Aku dapat uang dari hasil jual kisah kehidupan orang?"
    Luar biasa mbak...

    Salam dari saya di Sukabumi,

    BalasHapus
  11. Mau OOT. Tadi di Amplaz Jogja papasan dg bencong yg berdandan pesta dg kemben yg sengaja dibikin ngapret hingga puting payudara hasil suntikan hormonnya nungul sebagian. Padahal itu tempat umum, tempat anak2 hangout. Mau ngomel di socmed juga males, ntar dibilang sok suci, nggak toleran, men-generalisasi minoritas dsb. Padahal kalau nuruti kata hati penginnya manggil satpol PP :(

    BalasHapus
  12. jangan anggap enteng pula,karena lendir bissa membuat suatu kehidupan baru.kehidupan yang akan kembali ke selangkangan atau ke selangkahan jalan Tuhan:)

    BalasHapus