Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Ini Tentang Mangrove Tapak dan Semarang


Photo taken by Dimas Suyatno

"Beneran ini kita masih di Semarang? Ya ampun bagus banget tempatnya!"

Aku duduk setengah oleng di atas perahu, menyesap aroma asin khas pesisir dan bau amis air payau. Antara percaya dan enggak, hutan mangrove yanga aku masuki waktu itu, berada di tepi kota Semarang. Aku baru tau kalau Semarang punya hutan mangrove, lebih baru tau lagi ternyata tempatnya indah. Rimbun dan asri.

Iya memang sekuper itulah aku sebenernya, makanya iyain aja kalau lagi ngaku-ngaku gaul. Biar cepet.

"Di sini ada buaya pak?"

Tanyaku pada bapak yang menahkodai perahu kami. Ya kali kan ternyata selain menyimpan tempat indah begini, Semarang juga menyimpan Crocodylus Porosus. Kan jadi lawak kita susur mangrove bareng Yaya (istilah gemes untuk buaya). Si bapak cuma senyum, tanpa jawaban. Mungkin dalam hatinya dia bertanya-tanya, ini ngapain dedek-dedek cari buaya.

Paragraf di atas nggak penting emang, cuma pengen aja bisa menyebut diri sendiri dengan: dedek. HAHA Biarin aja biarin.


Photo taken by Oomndut
Semakin masuk semakin enak, begitu kira-kira apa yang aku rasakan waktu itu. Enak dipandang, gitu. Ih mikir apa kalian?

Karena asli, pemandangannya keren! Semakin perahu masuk ke dalam hutan, dahan-dahan mangrove semakin rimbun membentuk atap-atap alam. Suasananya tenang, cuma air payau yang hijau, cicitan burung-burung laut, ditambah sesekali hilir mudik yuyu di tepi air. Suer, aku sampai lupa kalau ini masih di Semarang!

Belum selesai sampai di situ, di ujung hutan, kita akan disambut dengan cahaya terang. Rasanya kayak keluar dari kegelapan rimba dan nemu kehidupan; segar! Mungkin begini ya rasanya jadi tarzan kalau ketemu indomaret, setelah dikepung hutan lalu dapat pemandangan mewah. Iya mewah, karena di depan, yang menyambut adalah laut lepas bagian ujung utara kota Semarang.

Photo taken by Oomndut

Mangrove Tapak namanya, ecotourism yang berada di dukuh Tapak, kelurahan Jatirejo, kecamatan Tugu, Semarang. Dikelola oleh pokdarwis (kelompok sadar wisata) Bina Tapak, hutan mangrove ini dibuka jadi objek wisata yang seru sekaligus edukatif di pesisir Semarang. Aku bisa punya kesempatan untuk berkunjung dan belajar di sini, murni rejeki. Rejeki karena aku diundang oleh Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS), bersama 19 blogger lainnya, dalam kegiatan bertajuk #FamtripBlogger2017.

Bilang apa? Alhamdulillah...


Setelah mengarungi lautan luas selama... beberapa menit, kami diajak menuju pulau Tirang untuk menanam mangrove. Ada 3 jenis mangrove yang dipelihara di sini: Rizophora (bakau), Avicennia Marina (api-api) dan Bruguiera. Jadi, salah banget kalau banyak orang menganggap mangrove itu sama dengan bakau. Yang betul, bakau itu salah satu jenis mangrove. Sengaja aku jelaskan begini supaya... aku keliatan pinter. Itu aja sih. HAHA
 
Nah yang siang itu ditanam oleh kami di pulau Tirang adalah Avicennia Marina, atau terkenal juga sebagai Grey Mangrove. Kalau di Indonesia, terkenalnya dengan Api-api. Namanya bagus yah? Avicennia Marina. Bisa jadi inspirasi nama anak, dipanggilnya Cenia. Mangrove satu ini termasuk dalam famili Acanthaceae, karena kalau famili SUV, nanti namanya jadi Avifortuner Marina.

"Menanam mangrove itu ibadah, mba. Buat bumi, dan buat sesama manusia. Mangrove ini manfaatnya banyak sekali untuk bumi, banyak juga untuk manusia. Jadi kalau dia tumbuh besar dan bermanfaat, mba sudah ibadah banyak."

Penuh senyum, mas Arifin (penduduk lokal yang jadi pemandu kami) mengompori aku untuk ikut menanam mangrove. Harus dikomporin emang, karena siang itu aku kebanyakan cari alasan biar nggak ikutan nanam. Bukan apa-apa, menanam mangrove itu gali pasirnya pakai tangan kosong, dan air bersih adanya di perahu yang mana harus jalan agak jauh ke tepi pulau. Tiba-tiba aja jiwa princess dalam diriku bergelora, nggak mau kotor.

Jadi percayalah, foto yang akan kalian lihat berikut ini, murni pencitraan. Mana ada nanam mangrove tangannya bersih gitu 😒😒😒


Biarpun cuma pencitraan, tapi aku caranya lho! Begini nih:
Gali lubang di pasir sedalam 15cm, lepas mangrove dari polybag, lalu tanam. Kalau ada akar yang berantakan, bisa dipotong, tinggal dipotek aja gitu. Kalau nggak mau melepas polybag pun, bisa cuma dirobek aja bagian bawah polybagnya. Gampang banget sebenernya sih, nggak pakai tenaga sama sekali karena yang digali kan pasir. Sekarang aku rada menyesal kenapa nggak ikut menanam barang satu dan ikut sedekah sama bumi Semarang. huhu

Setelah semua Avicennia Marina rapi ditanam, kami mengakhiri sesi menafkahi bumi siang itu dengan apalagi kalau bukan narsis sampai senep? Ada pungky pula, ya pasti plus boomerang-an sampai senep. Biarpun panas terik, tapi semua senang, semua menikmati serunya belajar menanam dan merawat mangrove siang itu.

Photo taken by Dimas Suyatno

Lalu setelah cekikan rauwis-uwis, kami balik menggunakan perahu yang sama menuju daratan Semarang.
Sambil kita menyusuri lagi hutan mangrove menuju pulang, kusambungkan sedikit cerita, ya. Cerita yang aku dapat dari mas Arifin tentang Semarang dan mangrove.

Jadi, Pulau Tirang yang kita singgahi tadi, ternyata dulunya cukup luas dan punya sejarah sendiri bagi kota Semarang. Malah, beberapa cerita menyebutkan kalau akhiran 'Rang' pada Semarang punya sangkut paut dengan akhiran 'Rang' pada Tirang. Aku kurang ngeh sejarah detilnya gimana, yang pasti, pulau ini pernah jadi tempat singgahnya Ki Pandaranan pada masa silam.

Kalian tau kan kalau aku ini pinternya cuma gaya doang? Jadi plis jangan nanya Ki Pandaranan itu siapa 😂

Tapi di tahun 90an, pulau Tirang rusak karena reklamasi, lalu pernah juga dihajar cuaca ekstrem. Ditambah lagi reklamasi di Kendal, ikut menggerus dataran di sini. Dari yang dulunya luas, sekarang tinggal seuprit. Bahkan dulu pulau ini punya 2 sumber mata air tawar dan sekarang hilang sama sekali.

Akhirnya, warga berinisiatif untuk melakukan konservasi. Ditanamilah mangrove untuk melindungi daerah tambak. Karena tambak ini kan yang menghidupi masyarakat pesisir, ya. Mangrove digunakan untuk menyerap emisi dan menjaga daratan dari abrasi. Ntap, ya.

Tahun 2015, dibentuk pokdarwis Bina Tapak untuk menjaga dan mengelola kawasan hutan mangrove ini. Nah jadilah sekarang ecotourism Mangrove Tapak supaya masyarakat luas bisa melihat dan belajar langsung soal mangrove dan pelestarian kawasan pesisir. Mereka menyediakan paket wisata dengan harga yang menurut aku sih terjangkau banget.

Photo taken by Oomndut
Kisaran 50 - 150ribu (sesuai jarak tempuh perahu), sudah bisa menyusuri betapa indahnya perairan payau di pesisir Semarang. Belajar tentang mangrove langsung di tempatnya. Itu harga buat satu perahu, lho. Isi 6 orang. Sudah termasuk sepatu boots, life jacket dan welcome drink. Tapi enggak bisa ijig-ijig dateng langsung jalan, ya. Harus pesan dulu dari jauh hari karena pokdarwis kan harus menyiapkan perahu dan orang-orang yang akan bertugas.

Semuanya terasa baik dan menyenangkan, hanya aja satu hal yang sangat menganggu aku. Ada satu titik yang menumpuk banget sampah. Katanya sih sampah dari laut, terbawa arus ke pinggir. Kebanyakan plastik, dan bekas kemasan makanan dan minuman ringan. Kita beneran harus berhenti buang sampah ke laut lho gaes. Itu nggak keren sama sekali dan betul-betul merusak. Kasian lautnya, kasian perairan payaunya, kasian ikan-ikan dan burungnya, kasian mangrovenya :(


Purwokerto, 14 Mei 2017

Salam hormatku untuk warga dukuh Tapak. Kalian banyak sekali bersedekah untuk bumi. Sehat terus ya pak, bu. Terimakasih sudah menanam dan merawat mangrove untuk Semarang.


11 komentar

  1. Saya domisili Semarang tapi belun pernah ke situ mbak.sungguh memalukan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eee kenapa memalukan, gapapa dong kan bisa besok-besok ke sananya :D

      Hapus
  2. Warga masyarakat dukuh Tapak keren ya.
    Kalo orang2 kayak mereka sudah jarang dimuka bumi ini, bisa saja tanaman mangrove di Indonesia makin tahun makin berkurang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makanya aku salut dan menaruh hormat banget sama warga sana. Bener-bener banyak sedekah sama bumi Semarang :)

      Hapus
  3. Kostum kaka kece bangettt,,,
    Aku blm pernah sempet ikut nanem2 yg d mangruv pekalongan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macam Indiana Jones atau Lara Croft gitu ya hehehe.

      Trus aku ngikik liatin foto yang nanam bakau. Tahu cerita dibalik layar soalnya muahahaha.

      omnduut.com

      Hapus
  4. Pung, sepatunya keren. #gagalfokus

    BalasHapus
  5. saya bisa memastikan kalau adegan menanam mangrove itu memang cuma pencitraan
    bwahahaha

    BalasHapus
  6. Semakin masuk semakin enak, begitu kira-kira apa yang aku rasakan waktu itu. Enak dipandang, gitu. Aku pikir sama yang dengan u pikirkan kak.

    #komennyampah ;p

    BalasHapus
  7. Acara-acara yang seperti ini keren banget (pro lingkungan), semoga bisa dicontoh oleh blogger-blogger lainnya.

    BalasHapus
  8. tempatnya oke banget! Bisa jadi alternatif wisata yang edukatif ..dan berkah untuk buminya itu lho yang luar biasa. You look good in red..

    BalasHapus