Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Pesona Batik Gumelem yang Bikin Kesengsem


"350ribu? Ini batik tulis, bu?"

"Iya, batik tulis. Harganya memang segitu semua mba, kalau kemahalan boleh ditawar kok"

Aku tersenyum pada si ibu. Berusaha mengiyakan angka yang dia kasih barusan. Kaget bukan karena kemahalan, tapi malah menurutku itu murah banget untuk selembar kain batik tulis. Sementara di tempat lain bisa sampai jutaan, masa ini cuma 350ribu, masih bisa ditawar pula. Yang bener aja!

Oh iya aku nggak terima, karena aku tau betul membuat batik tulis itu nggak bisa hitungan jam. Butuh waktu bulanan, juga usaha yang nggak sepele. Karya yang sebegitu wah, dijual dengan harga sangat terjangkau, jelas aku protes.


Gumelem namanya, desa yang berjarak sekitar 40 KM ke arah barat daya dari ibukota Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Desa ini, punya kain khas yang disebut Batik Tulis Gumelem. Motif dan warnanya, buat aku sih, kelihatan klasik. Cenderung warna asli batik kayak cokelat, putih dan kuning. 

Ada aura gagah dan mewah di setiap lembarnya. Kata ibu yang nawarin kainnya ke aku, memang Batik Gumelem enggak pakai pewarna tambahan, karena begitulah ciri khasnya. Coraknya juga banyak memakai corak khas keraton, kayak Sidomukti dan Sidoluhur. Karena memang desa ini punya hubungan yang dekat sama Kasunanan Surakarta. Ini bikin Batik Gumelem jauh dari kesan lenjeh, nggak kayak pungky. Nye~


Tapi, seiring berjalan waktu, masyarakat Gumelem berinovasi dengan corak-corak modern yang penuh warna. Jadi kalau sekarang kamu beli Batik Gumelem, udah ada tuh yang fancy-fancy nan instagenic. Cocok buat pelengkap ootd di instagram bhahahaha. Walau pilihannya nggak sebanyak yang klasik, ya. Karena mereka berusaha mempertahankan keaslian ciri khas Batik Gumelem.

Sudah diproduksi juga batik yang print, cap atau kombinasi. Karena ya gimana ya, permintaan pasar kan kadang udah kayak pacar, suka ngatur-ngatur. Padahal batik tulisnya aja harganya udah terjangkau, lho!


Sedihnya, pemasaran batik ini masih hanya seputaran Banjarnegara. Kata si ibu lagi, pemasaran Batik Gumelem ini memang masih minim perhatian. Dia belum bisa jualan di internet karena belum ada yang ngajarin. Pun saat aku tanya soal filosofi dari motif-motifnya, dia menggeleng nggak paham, katanya dia cuma ngerti namanya aja, kalau artinya ya nggak paham. Aku malah disuruh tanya sama ibu guru di sekolahan. Weh?

Iya, ibu guru. Karena di Banjarnegara, khususnya desa Gumelem, membatik masuk dalam mata pelajaran muatan lokal di beberapa sekolah. Siswa SMP di sini, diajari bikin batik sendiri. Dari mulai mengenal motif, membatik di kain dengan canting, sampai merebus pewarna dan mewarnai sendiri kainnya, mereka diajari sama bapak ibu guru sampai bisa.





Nah dodolnya, saking asiknya nonton para siswa itu membatik, trus ngerusuhin kerjaan mereka dengan numpang foto ala-ala bareng canting, aku malah jadi lupa mau nanya-nanya ke gurunya soal makna dan filosofi Batik Gumelem. Keburu waktu kunjungan habis dan rombongan harus balik naik bis huahahahaha udah maklum kan ya? Namanya aja Pungky xD

Semoga postingan yang foto pertamanya penuh kepalsuan ini (nyahahaha cantingnya aja kosong itu), bisa bantu ngasih tau banyak orang yaa.. Kalau desa Gumelem, Banjarnegara, Jawa Tengah, punya batik tulis yang, wow, memesona!


Purwokerto, 22 November 2011 jam 3 subuh, 2017

Ayo, plesir maring Banjarnegara!

***

Famtrip Blogger dan Media diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kab. Banjarnegara

4 komentar

  1. Duh kak pakai skin care apa sih, kok mulus banget gitu nyaingin kain yang lagi di batik.. Ckckck

    BalasHapus
  2. Jadi PR buat pemerintah setempat juga nih. Setelah mempromosikan daerah wisatanya, sekarang tinggal mbantu pengrajin batik buat njual kain batiknya sampai ke luar Banjarnegara.

    Satu lagi, njenengan gek nduwe PR buat tanya filosofi tentang motif batik ke ibu guru lho mbak xD

    BalasHapus
  3. Baru tahu kalau membatik masuk mata pelajaran muatan lokal.

    BalasHapus