Ada cerita lucu cenderung menyayat hati, datang dari seorang
sahabat, kakak sekaligus ibu bagi sebuah kampung di Purwokerto. Kampung ini
kampung ajaib.. Namanya kampung Rahayu, atau biasa juga disebut kampung dayak.
Penduduknya adalah orang-orang marginal yang kebanyakan datang dari luar Jawa.
Mereka, ke pulau Jawa, niat awalnya adalah merantau dan mengadu nasib. Namun,
bagaimanapun nasib selalu punya jalan sendiri yang sukar diadu-adu. Mereka
‘nyangkut’ di Purwokerto dan akhirnya menghabiskan hari di kampung ini. Makanya,
kampung ini lokasinya dekat dengan tempat yang dulunya terminal bis. Karena
menurut sejarahnya, para penduduk di sana adalah perantau pengadu nasib yang
baru turun bis langsung-malah diadu oleh nasib.
Kebanyakan masyarakat di kampung ini hidup bahagia tanpa
KTP. Yaiyalah, wong mereka perantau yang kesangkut. Sekali lagi, pengadu nasib
yang malah diadu oleh nasib. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pemulung,
perempuan pekerja seks, waria, pengamen, pengemis, bahkan preman. Beragam,
mulai dari lansia sampai balita atau bayi merah. Namanya juga kampung,
semuanya ada. Betul, anak-anak di sana hidup berdampingan dengan waria, pekerja seks, preman, dan sudah sangat biasa.
Lanjut soal cerita lucu cenderung menyayat hati tadi. Jadi,
di kampung ini, anak-anak kecil banyak yang mau gak mau harus bekerja menjadi
pengamen di jalanan. Diam-diam? Tentu enggak. Mereka mengamen malah karena
titah dan doa restu orang tua. Sepulang sekolah, mereka akan ganti baju lalu bersama-sama ke jalanan untuk cari uang. Biasanya, setiap anak akan membawa pulang
rupiah sekitaran 45ribu rupiah. Hasil nyanyi sambil ngecrek tutup botol atau
malah cuma keprok keprok.
Nah, ada satu anak di sana yang setiap pulang mengamen,
hanya setor sekitar 7-8ribu kepada ibunya. Sekali dua kali, tentu wajar.
Masyarakat di sana sadar bahwa uang hasil mengamen bukan gaji kantoran. Gak
akan stabil. Tergantung banyaknya dermawan yang lewat atau kebaikan satpol pp
gak iseng razia. Masalahnya, anak satu ini hampir setiap hari penghasilannya
selalu jauh di bawah teman-temannya. Ibunya, curiga dan penasaran.
Usut punya usut, terjawablah kenapa bocah sembilan tahun ini gak pernah
bawa uang sebanyak teman-temannya. Ternyata setiap hari, anak ini bukannya mengamen, tapi sibuk
joget-joget ala Cherrybelle di trotoar jalan. Katanya, dia pingin seperti
Cherrybelle. Dia pingin menjadi seperti Cherrybelle. Joget-joget di trotoar
jalan, baginya, Cherrybelle banget.
Teman-temannya sama. Mereka juga setiap hari asik
menari-nari ala girlband sembilan personil itu. Tapi, teman-temannya masih bisa
membagi waktu antara mengamen dan joget-joget. Jadi penghasilan gak pernah
berkurang jauh dari biasanya. Sedangkan anak ini, dia terlanjur bahagia bisa
menjadi seperti idolanya. Joget-joget di trotoar seperti Cherrybelle membuat
dia lupa harus bekerja. Joget joget seperti Cherrybelle menjadi satu-satunya permainan yang dia punya.
Ibunya marah dan kesal, tentu saja. Tapi si anak tetap
bahagia. Wajahnya gak sama sekali menyiratkan penyesalan. Dia sudah bermain
dan senang. Sekalipun pulang harus kena omelan, dia sudah bahagia bisa menari
bak idola. Temanku sesekali meledek ibunya soal Cherrybelle ini, kontan saja
sang ibu semakin bete dan ngedumel. Sebenarnya lucu, tapi mari kita membahas
yang lebih penting untuk ditertawakan: Keberadaan kita untuk mereka.
Sepulang cari uang, anak-anak ini sudah kehabisan waktu
untuk bermain. Mereka harus beristirahat karena besok pagi harus sekolah dan
bekerja lagi. Maka benar saja, halaman bermain bagi mereka adalah jalanan.
Trotoar. Tempat mereka berkumpul, bermain, tertawa dan bercanda setiap harinya.
Sekalipun dilakukan sambil bekerja.
---
Aku, dan seorang ibu bernama Luqyana Vera, akan mengajak
mereka bermain dan bersenang-senang. Kami akan mendongeng, bernyanyi,
bercerita, lari-larian, tertawa, dan berbagi hadiah sederhana. Kegiatan khas
anak-anak. Kami juga akan meninggalkan beberapa buku cerita anak di rumah
sahabat kami yang menjadi ‘ibu’ bagi masyarakat di sana. Tidak banyak yang bisa
kami lakukan, tapi setidaknya, ada keceriaan dan kebahagiaan untuk mereka di
hari Kartini tahun ini. Ada permainan anak-anak yang bisa mereka rasakan. Ada
buku cerita yang bisa mereka mereka pinjam tanpa harus bayar. Ada dunia
anak-anak yang bisa mereka resap. Mereka harus tau, jalanan bukanlah satu-satunya halaman bermain.
Ini bukan penggalangan. Dengan atau tanpa bantuan, kami akan
tetap bergerak. Aku hanya membuka barangkali ada diantara pembaca yang mau
menyumbangkan apapun. Entah uang, buku, alat tulis, mainan, atau apapun untuk
anak-anak di sana. Dengan catatan, kami tidak bisa menerima sumbangan besar.
Sumbangan yang kami rasa kebesaran, akan kami tolak. Ini acara hura-hura, kami
tidak bisa bertanggungjawab untuk donasi besar. Hubungi aku di
pungkyprayitno(at)gmail(dot)com untuk donasi. Tenang, sumbangan uang gak akan
diberikan mentah-mentah. Mereka butuh kepompong, bukan mendadak kupu-kupu.
Purwokerto, 10 April yang diramaikan hujan, 2014
Purwokerto, 10 April yang diramaikan hujan, 2014
Acara senang-senang ini akan dilaksanakan beberapa hari
setelah hari Kartini. Hari perjuangan. Kami sadar mereka adalah pejuang. Karena kepada mereka, negeri ini
akan diwariskan.
Good Idea, Makandi! Aku ingin sumbang sedikit rupiah utk beli crayon, buku gambar atau alat tulis boleh ya?
BalasHapusBoleh bangeeeet... nomor rekeningnya mau aku kasih via email atau gimana? ^_^
Hapusvia email ke alaikaabdul@gmail.com ya, Mak. :)
HapusAku japri pungky ya
BalasHapusIyaaa ditunggu ^_^
Hapusaku mau ikutan, boleh? pengen ketemu mereka,
BalasHapusjapri ya mas guru ^_^
Hapusok deh
HapusMenghibur padahal tuh mbak dan kreatuf yang joget ala cherybelle
BalasHapuskreatif sih.. tapikan malah jadi indikasi kalau mereka kekurangan 'bermain' :)
Hapusinspiratif mbk,sukses buat acaranya :)
BalasHapusterimakasih mak :D
HapusNama kampungnya kok sama denganku mbak Pungky... Sukses yach, acaranya
BalasHapusHehehehe itu dari nama jalan. Kampungnya ada di jalan Rahayu. Hihihi bisa pas ya :D
HapusSukses buat acaranya ya Mak Pungky.. Kalo perlu bikin kompetisi nari buat mereka hehe
BalasHapus*joget cherrybelle
Ide yang bagus, mbak. semoga bisa banyak terkumpul untuk memenuhi dan melengkapi kecerian mereka. sukses untuk acaranya :)
BalasHapusmak jiwo aku boleh ikutan kan yahhh.....akujapri yaaa
BalasHapusmantap mak...hura-hura yang bermanfaat... :)
BalasHapusPungky, kamu selalu keren. Semoga acaramu sukses dan selalu bermanfaat :)
BalasHapussemoga acaranya sukses, Mak. hanya bisa bantu doa :))
BalasHapusLike this :) Keren, Pungkyyy
BalasHapusKak, mahasiswa yg kantongnya nggak tebel boleh ikut nyumbang tapi cuma dikit nggak? :( *minder* kalo boleh, kirimin yaaa no.reknya ke emailku hehehe
BalasHapusSemoga sukses acaranya kak ♡ pengen ikutan seandainya acaranya di Jakarta hehe
bagus sekali nih idenya, tapi saya belum bisa nyumbang nih. Bantu doanya aja ya
BalasHapusah .. idemu itu, dik kandi
BalasHapusSaya ikutan, minta no rek ke sini ya arostiani9@gmail.com
Nuhun
Pungky, semoga diberi kemudahan, kelancaran, dalam pelaksanaan acara ini, ya.
BalasHapusTlg emailkan noreknya, Pung. Salam senyuuum ceriaa. . .
sukses acaranya, mak. :)
BalasHapuskepada mereka kita dikaruniai nikmat yang tak terhingga....
BalasHapusaku suka banget dengan acara spt itu,,pengen ikutan...
BalasHapushuwaa baru baca sekarang
BalasHapus