Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Semangat Konservasi dari Rumah Sendiri

Kebun tembok, mendaur ulang botol plastik bekas menjadi media tanam.
Konservasi, bagi banyak orang, kata ini mungkin terdengar klise sekaligus basi. Berjuta-juta cara dilakukan, tapi setiap saat tetap terjadi pengkhianatan terhadap lingkungan. Tak perlu jauh-jauh bicara soal pengeboman ikan, pembalakan liar, perlakuan biadab terhadap satwa dilindungi, atau pabrik-pabrik raksasa yang proses produksinya sungguh-sungguh menyakiti bumi. Sesepele mengkonsumsi produk kemasan secara berlebihan, penggunaan plastik tanpa daur ulang, atau lebih sederhana lagi, membuang sampah sembarangan. Kita menyakiti bumi, setiap waktu, setiap hari.
Lalu masih adakah semangat konservasi? Bersisakah di hati masing-masing kita, tekad membuat semesta ini tetap lestari?


---

Semacam mendapat angin segar, saat membaca visi, misi dan nilai-nilai The Nature Conservancy Program Indonesia. Bahwa masih, masih ada anak manusia yang mencintai bumi dengan sungguh. The Nature Conservancy Program Indonesia merupakan organisasi konservasi yang telah bekerja untuk bumi Indonesia selama 22 tahun. Menerbangkan misi melestarikan daratan dan perairan Indonesia karena negeri ini, adalah Tanah Air. Telah berdiri dan bergerak di 30 negara, selama puluhan tahun, The Nature Conservacy adalah harapan untuk kelestarian lingkungan di masa depan. Konservasi dengan hati.

Pada kesempatan lain, organisasi ini melempar sebuah tantangan menarik, mengajak orang-orang untuk menjabarkan resolusi hijau masing-masing. 

Resolusi Hijau?

Aku bukan orang yang suka menetapkan target-target untuk dikejar sendiri. Tapi, aku ini pemimpi kelas kakap. Kalau resolusi ini bisa sama dengan mimpi, maka inilah mimpi-mimpiku untuk bumi. Resolusiku untuk tanah dan air tempat aku hidup, menghidupi dan dihidupi.

---

Tahun 2011, aku pernah menantang diri sendiri untuk membuat kampanye hijau lewat blog. Aku beri nama 26 Minggu Cinta Bumi Ala Pungky. Marathon tulisan sebanyak 26 kali, dalam rangka promosi gaya hidup cinta bumi ala remaja. Dengan bahasa penulisan yang masih acak-acakan dan teori-teori hijau seadanya, aku mencoba mengajak orang untuk bergaya hidup hijau dengan cara paling sederhana sekaligus seru.

2011, promosi gaya hidup cinta bumi ala remaja. Salah satunya dengan merombak kaos bekas jadi kaos kampanye hijau :D

Tahun 2012, aku jadi ibu. Tantangan berubah menjadi memaksakan diri sendiri untuk menerapkan green parent. Green parent? Yap, aku menyebutnya begitu. Gaya hidup hijau ala orang tua muda. Simpel, aku dan suami hanya melakukan apa yang sanggup kami lakukan. Seperti menggunakan cloth diaper sebagai pengganti popok sekali pakai, mengurangi pemakaian tisu basah pada anak, setop penggunaan pelembut pakaian untuk baju-baju anak, dan mengurangi konsumsi makanan bayi kemasan.

Nah, tahun 2014 kemarin, adalah tahunku yang paling hijau. Bersama tekad dan kerja keras, aku berhasil mewujudkan pertanian FAITH (Food Always In The Home). Kali itu, aku menantang diri untuk menjadi petani rumahan. Sambil menguarkan sebuah tagline “Grow your own food on your on yard” di berbagai lini sosial media yang aku punya. Aku melakukannya dari nol, dari buta sama sekali soal tanam menanam. Belanja perlengkapan tani sederhana, beli benih, mengolah tanah, cari tau banyak banyak soal aneka jenis tanaman, belajar tentang pemupukan, sampai mengolah barang-barang bekas menjadi media tanam supaya bisa tetap berkebun, sekalipun di lahan sempit.


Dulu, sebelum jadi petani rumahan, aku selalu menganggap bahwa gaya hidup hijau adalah awal dari semangat bertani di rumah. Ternyata aku salah, semangat konservasi, justru lahir bersamaan dengan perjalanan aku menjadi petani rumahan.
Terjun dulu, baru tau.

Berkebun membuat aku belajar menjaga tanah baik-baik karena aku selalu ingin tanaman-tanamanku tumbuh subur. Geram rasanya kalau lagi mencangkul, tiba-tiba menemukan sampah plastik atau styrofoam. Sungguh, bikin acara gali tanah jadi lama dan melelahkan. Belum lagi rasa marah dan kecewa karena beberapa tumbuhanku layu. Setelah tanahnya dibongkar, ternyata banyak sampah besi dan pipa bekas. 

 
Aku jadi belajar menjaga tanah karena aku sadar, aku butuh tanah. Mengurangi pemakaian plastik dengan selalu membawa reusable bag, melarang keras diri sendiri untuk membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah organik dan anorganik sejak dari rumah, sampai memastikan seluruh keluarga tidak membuang air limbah sembarangan. Berkebun, membuat aku belajar mencintai tanah.

Reusable bag nya bikin sendiri lho, pakai tas bekas. Hihihi :D
Lewat berkebun, aku juga belajar menghemat pemakaian air. Bulan pertama aku menjadi petani rumahan, tagihan rekening airku membengkak dua kali lipat. Saat itu musim panas, dan aku harus menyirami tanaman dua kali sehari. Tanamanku butuh air. 

Perlahan tapi mantap, aku mulai cari tau soal daur ulang air limbah skala rumah. Menampung air bekas yang belum terkena zat kimia (bekas cucian beras, sayur, atau sisa rebusan makanan), lalu menggunakannya kembali untuk menyiram tanaman. Keharusan berbagi air dengan para tanaman, membuat aku dan keluarga mengerti mengapa kami harus menghemat pemakaian air. Berkebun, membuat aku belajar mencintai air.

Air limbah yang belum tercampur zat kimia, ditampung di botol-botol lalu digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Lihat! Jagoanku ikut berkebun lho :D
Lebih dari itu semua, berkebun di rumah membuat aku memiliki hubungan yang lebih intim dengan alam. Melihat pasukan kepik atau burung kecil mampir ke kebunku, adalah hal indah yang menjagaku dari perbuatan semena-mena terhadap lingkungan. Panen besar lalu makan sayur dari halaman rumah sendiri, adalah syukur yang tak henti pada semesta. Alam sebegitu rela membagi apa yang ia punya pada kita, sudahkah kita membalasnya? Minimal dengan berdampingan tanpa menyakiti.

Tanaman cabai dan tamu kepik :)
Berhenti di situ? Tidak. Semangat mencintai bumi karena berkebun ternyata mampu merubah hari-hariku. Dari kebiasaan, perilaku, sampai gaya hidup. Kemanapun aku pergi, aku jadi lebih peka terhadap bumi. Dimanapun aku berada, aku tetap berusaha menjaga tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Alam.

Tahun 2015 ini, aku bermimpi untuk membangun pertanian rumahan yang lebih besar. Sambil mempromosikan gaya berkebun ini melalui sosial media yang lebih luas. Pertanian sederhana yang dengan sendirinya, mengajak banyak orang untuk ikut, menginjakan kaki serta hati ke bumi. Agar bukan cuma aku yang tau rasanya, kalau bersinergi bersama alam itu indah dan menyenangkan. 

Dalam tataran profesional, The Nature Conservacy menyebarkan semangat konservasi selama puluhan tahun ke puluhan negara. Pada level pribadi, mari mengobarkan semangat konservasi, dari rumah sendiri. 

45 komentar

  1. Ga ada impian ngasih adek jiwo :"p

    BalasHapus
  2. Semoga bisa terus menghijaukan bumi mak, gutlak :)

    BalasHapus
  3. aaaakkkk...aku kena racun FAITH

    BalasHapus
  4. seberapa hebat perjalanan seseorang dimulai dari titik nol,, yaitu rumah sendiri.. lalu berbagi dan menikmati kesenangan cinta Tanah Air.. semangat! mantap..

    BalasHapus
  5. semoga semangat berkebun di rumah sendirinya bisa menular ke tetangga2 satu kampung,amiin.. :)

    BalasHapus
  6. semoga bisa menyebarkan cinta hidup hijaunya, maak :))

    BalasHapus
  7. bisa menjadi contoh untk yang lainnya

    salam kenal yaaa

    BalasHapus
  8. Salut banget sama semangatmu itu, Pungky

    BalasHapus
  9. sukses untuk berkebunnya ya,doakan semoga suatu hari bisa metik cabe di purwokerto,nyeklus sambil makan mendoan asik kayaknya^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapanpun dirimu kesini, pasti aku sediain mendoan dan cengis segar :D

      Hapus
  10. Suka banget liat tanaman cabe mu pung

    BalasHapus
  11. Inspiratif sekali Pungky! bisa jadi ide bagus untuk di rumah nih. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, makasih udah mampir, mas.. Semoga bermanfaat ya :D

      Hapus
  12. FAITH FAITH FAITH......teruskan, lanjutkan, sebarkan mak pung :)

    BalasHapus
  13. keren mba! jujur aku belum bisa nih. malahan aku sekarang buka usaha printing limbah kertasnya banyak, dan belum bisa mendaur ulangnya -__- tapi sejauh ini aku masih mengumpulkan limbah2nya di plastik besar, berharap suatu hari menemukan cara untuk bisa mendaur ulangnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling bagus memang di daur ulang sendiri, tapi kalau ribet, tabungkan saja ke bank sampah :D

      Hapus
  14. Wah lagi ketularan mau ikut-ikutan FAITH nih. Yosh!

    BalasHapus
  15. Ayo Mak Kandi lanjutkan, moga tetangga2 nya se RT se RW se Desa pada ikutan juga, jadi hijau deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin doakan lancar ya mak.. semoga banyak yang ketularan :D

      Hapus
  16. wah keren banget mak Grow your own food on your on yard”...inspiratif...semoga kebunnya terus subur, dan bikin dapur ngebul ya mak..Aamiin

    BalasHapus
  17. Waduuuh....benar2 hijau food gardennya mak Pungky.(bikin iri)...
    Si bunda ini kl pelihara pohon gak pernah panjang umur, wong baru dideketin aja, pohonnya layu en mati....hahhahaahaa....
    Salut dgn semangatnya....

    Salam

    BalasHapus
  18. Salut...hari gini msh ada emak2 yg peduli menghijaukn lingkungan...slm sukses mak

    BalasHapus
  19. Pake air yg bekas cuci sayur y. Bener jg. Buat menyiram2... thx ide nya punk...

    BalasHapus
  20. Puuunggg...sini dong bantu aq siramin kebunku yg bikin pegel nyapu daunnya inih :D :D
    Persistensimu memang layak diacungi jempol, tipikal anak muda yg tau mau jalan kemana *malah komen kayak juri lomba pencarian bakat :D :D

    BalasHapus
  21. Tadi aku belanja trus heran karena label green dicap di tas kresek Indomaret. Pikirku, wah ini asal stempel aja. Etapi setelah aku perhatikan ada tulisan "tas ini dapat hancur dengan sendirinya". Coba perhatiin dan cek kebenarannya, emang skrg ada kresek yang bisa terurai?

    BalasHapus
  22. Hebat.. pungky... dulu pun aku rajin tanam sayuran.. seneng bgt pas panen... kacang panjang, bayam, kangkung, pokcay... tp cuma bbrp bulan aku nikmati itu...

    Tp skrg aku nggak tanam lagi...

    Kena wabah tikus... tanaman baru bbrp senti pasti habis dilahapnya...

    Sampai skrg yg ada di rumahku hanya tanaman hias, itu nggak mereka makan

    Pungky tau kah solusinya?

    Sedih, aku yg capek tanam, tikus yg makan... :(

    Maap jd curcol nih... siapa tau Pungku ada solusi yah..

    Aku pernah buatin kurungan kawat pun digigitin sama tikusnya.. :(:(:(

    BalasHapus
  23. Keren banget :o jadi pengen,.. tapi belum puya rumah :D hehe

    BalasHapus