Pic courtesy www.indonesia.travel |
Apa rasanya diusir dari rumah sendiri lalu tak pernah tau kemana harus pergi? Apa rasanya diburu-buru senjata mematikan hanya karena pulang ke tanah yang sudah puluhan tahun menjadi rumah? Apa rasanya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ayah dan ibu ditembak mati? Katakanlah ini isu basi, saking basinya sampai sampai kita menutup mata dan hati, tak mau tau sama sekali.
Tulisan yang sedang kalian baca ini sudah melalui proses panjang. Setelah berhari-hari mengumpulkan data dan fakta dari berbagai sumber, aku pikir hasilnya adalah artikel klise tapi keren. Ternyata bukan, apa yang aku cari, malah mengantarku pada patah hati. Artikel yang sedang kalian baca ini diketik bersama air mata, dalam arti sebenarnya.
---
Taukah kamu, bahwa Kalimantan memiliki hutan dengan luas mencapai 40,8 juta hektar? Luas banget, ya? Tapi taukah kamu (lagi), bahwa pada tahun 2008, Indonesia pernah tercatat dalam Guiness Book of Record sebagai negara dengan tingkat kehancuran hutan tercepat? Kita, Indonesia, menghancurkan luas hutan setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. Seluas 300 lapangan bola, setiap jamnya. Sama sekali gak heran, kalau akhirnya pada 2010, hutan di Kalimantan tersisa sekitar 25,5 juta hektar saja. Nyaris tinggal separuhnya. Itu data tahun 2010 ya.. Sekarang 2015, aku mau menghitung kira-kiranya tapi sudah bergidik duluan. Ngeri!
Hutan Indonesia. (Pic courtesy www.greenpeace.org) |
Sudah bukan saatnya tunjuk-tunjukkan hidung. Kita semua pelakunya. Keserakahan kita sebagai manusia adalah tersangka utama. Pembalakan liar, penebangan skala gila, dan alih fungsi hutan menjadi lahan pemukiman, pertambangan, atau yang paling hits: perkebunan kelapa sawit.
Padahal hutan Kalimantan adalah rumah bagi jutaan spesies hewan dan tumbuhan. Surga bagi primata kebangaan Indonesia, Orang Utan. Kalau kamu mencari definisi Orang Utan di wikipedia, maka kamu akan disambut kalimat yang akan membuat kamu bangga dengan alam Indonesia.
Suatu siang, aku tenggelam dalam obrolan hangat dengan seorang aktifis yang pernah menjadi volunteer sebuah lembaga konservasi Orang Utan. Dia cerita, kalau di Borneo sana, kabar Orang Utan dibunuh bukan hal baru. Saking biasa. Seringnya, mereka dibunuh bahkan dibantai karena menjadi hama bagi perkebunan sawit atau pemukiman warga. Orang Utan sering merusak perkebunan sawit, makan tunas-tunas sawit, bahkan meresahkan warga dengan masuk ke pemukiman. Wajar dong ya dibunuh?
Gak! Sama sekali gak wajar. Perkebunan sawit itu dulu rumah mereka, mereka hanya pulang dan cari makan. Rumah. Mereka lahir, tumbuh, sekaligus akhirnya terusir di sana. Semakin hari habitat mereka semakin terancam, semakin waktu mereka semakin harus pergi. Ke tempat lain yang merekapun gak pernah tau. Orang Utan hidupnya unik, mereka berkelompok dan gak bisa berbaur begitu aja dengan kelompok lain. Bayangkan ketika mereka terusir dan mengungsi ke tempat baru. Mereka harus ‘membangun’ ulang rumah bersamaan dengan negoisasi dengan kelompok lain. Pun harus merevolusi kodrat mereka sebagai spesies yang sulit beradaptasi dengan lingkungan asing.
Paragraf yang baru kalian baca aku ketik sambil menangis.
Sudah sesak napas dengan fakta-fakta ini? Tenang, Indonesia masih menyisakan kita kabar baik. Rileks dan bernapaslah (sedikit) lega. Kalimantan memiliki sebuah taman nasional super-luas yang menjadi surga bagi Orang Utan. Taman Nasional Tanjung Puting, namanya. Terletak di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibu kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dengan luas sekitar 400.000 hektar, taman nasional ini menjadi salah satu habitat Orang Utan terbesar di dunia.
Terdapat 3 camp yang menjadi pusat rehabilitasi Orang Utan. Primata kebanggaan yang sering dibantai ini, di sana dilindungi dan dijaga baik oleh para ranger. Taman Nasional Tanjung Puting juga membuka ecotourism untuk masyarakat, baik domestik maupun asing. Selain untuk mengedukasi masyarakat tentang hutan dan Orang Utan, wisata berwawasan lingkungan ini juga memiliki misi mengumpulkan pemasukan untuk keberlanjutan pengelolaan.
Apakah gak akan malah menganggu Orang Utan? Enggak dong. Karena Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa aturan untuk para wisatawan. Kita hanya boleh menyaksikan, interaksi pengunjung dan Orang Utan hanya diperbolehkan atas keinginan si Orang Utan. Itupun dengan pengawasan ketat ranger dan guide. Kita juga bisa menyaksikan langsung acara makan siang Orang Utan di feeding platform, tapi sekali lagi, hanya menyaksikan. Pengunjung tidak diizinkan ikut memberi makan, tidak diperkenankan juga makan dan minum di depan Orang Utan. Dan yang paling penting, sampah sekecil apapun, harus dibawa sampai menemukan tempat sampah.
Sekedar itu? Oh, tentu saja enggak. Aku ingin perjalananku ke sana bukan sekedar traveling. Aku ingin memanen banyak banyak informasi dan foto dari Tanjung Puting. Dunia maya adalah pusat informasi mahaluas, betul? Aku mau memanfaatkan media blog yang aku punya untuk bercerita ke dunia tentang Hutan Kalimantan dan Orang Utan. Betapa di sebuah titik di negeri ini, ada surga yang harus kita bela. Tapi aku bukan blogger besar, bersuara sendirian sama saja omong kosong. Aku mau menjalankan misi ini bersama Alexander Thian (@Amrazing). Seorang yang punya massa di dunia maya. Follower twitternya saja hampir 500ribu. Belum lagi web, instagram, dan kesempatannya menulis di berbagai media.
Bersama Koh Alex, Aku ingin membuka mata banyak orang tentang alam Indonesia yang semakin hari semakin kita habisi dengan bernas. Deforestasi hutan Kalimantan dan pembataian Orang Utan adalah isu basi, tapi nyatanya, gak banyak orang tau kenapa itu tetap terjadi sampai hari ini. Sampai hari ini.
Kalau menyetop pembabatan hutan Kalimantan terlalu muluk, bagaimana dengan marathon blogpost tentang Tanjung Puting? Atau menulis hasil perjalanan ke Tanjung Puting dan mengirimkannya ke berbagai media? Membuat parade foto Orang Utan di instagram? Atau lebih seru dan sederhana, membuat twitseries tentang Orang Utan lalu bagi-bagi souvenir Tanjung Puting. Aku yakin Koh Alex lebih gape soal ini.
Padahal hutan Kalimantan adalah rumah bagi jutaan spesies hewan dan tumbuhan. Surga bagi primata kebangaan Indonesia, Orang Utan. Kalau kamu mencari definisi Orang Utan di wikipedia, maka kamu akan disambut kalimat yang akan membuat kamu bangga dengan alam Indonesia.
“The orangutans are the two exclusively Asian species of extant great apes. Native to Indonesia and Malaysia, orangutans are currently found in only the rainforests of Borneo and Sumatra.”
---
Suatu siang, aku tenggelam dalam obrolan hangat dengan seorang aktifis yang pernah menjadi volunteer sebuah lembaga konservasi Orang Utan. Dia cerita, kalau di Borneo sana, kabar Orang Utan dibunuh bukan hal baru. Saking biasa. Seringnya, mereka dibunuh bahkan dibantai karena menjadi hama bagi perkebunan sawit atau pemukiman warga. Orang Utan sering merusak perkebunan sawit, makan tunas-tunas sawit, bahkan meresahkan warga dengan masuk ke pemukiman. Wajar dong ya dibunuh?
Gak! Sama sekali gak wajar. Perkebunan sawit itu dulu rumah mereka, mereka hanya pulang dan cari makan. Rumah. Mereka lahir, tumbuh, sekaligus akhirnya terusir di sana. Semakin hari habitat mereka semakin terancam, semakin waktu mereka semakin harus pergi. Ke tempat lain yang merekapun gak pernah tau. Orang Utan hidupnya unik, mereka berkelompok dan gak bisa berbaur begitu aja dengan kelompok lain. Bayangkan ketika mereka terusir dan mengungsi ke tempat baru. Mereka harus ‘membangun’ ulang rumah bersamaan dengan negoisasi dengan kelompok lain. Pun harus merevolusi kodrat mereka sebagai spesies yang sulit beradaptasi dengan lingkungan asing.
Paragraf yang baru kalian baca aku ketik sambil menangis.
Sudah sesak napas dengan fakta-fakta ini? Tenang, Indonesia masih menyisakan kita kabar baik. Rileks dan bernapaslah (sedikit) lega. Kalimantan memiliki sebuah taman nasional super-luas yang menjadi surga bagi Orang Utan. Taman Nasional Tanjung Puting, namanya. Terletak di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibu kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dengan luas sekitar 400.000 hektar, taman nasional ini menjadi salah satu habitat Orang Utan terbesar di dunia.
Orang Utan di Taman Nasional Tanjung Puting (Pic courtesy www.indoturis.com) |
Ke Taman Nasional Tanjung Puting inilah aku ingin pergi. Menyesap kemegahan bumi Indonesia. Menyusuri sungai di tengah hutan Kalimantan, menyaksikan langsung bagaimana Orang Utan hidup di habitat aslinya, naik kelotok, tidur di atas sungai, berjalan di jembatan kayu yang akan mengantarku menuju Camp Leakey, bangun tidur disambut cicitan burung, makan siang bersama lalu lalang buaya, dan terlelap di titik surga Indonesia.
Apakah gak akan malah menganggu Orang Utan? Enggak dong. Karena Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa aturan untuk para wisatawan. Kita hanya boleh menyaksikan, interaksi pengunjung dan Orang Utan hanya diperbolehkan atas keinginan si Orang Utan. Itupun dengan pengawasan ketat ranger dan guide. Kita juga bisa menyaksikan langsung acara makan siang Orang Utan di feeding platform, tapi sekali lagi, hanya menyaksikan. Pengunjung tidak diizinkan ikut memberi makan, tidak diperkenankan juga makan dan minum di depan Orang Utan. Dan yang paling penting, sampah sekecil apapun, harus dibawa sampai menemukan tempat sampah.
Kelotok di Tanjung Puting (Pic courtesy www.backpackerborneo.com) |
---
Sekedar itu? Oh, tentu saja enggak. Aku ingin perjalananku ke sana bukan sekedar traveling. Aku ingin memanen banyak banyak informasi dan foto dari Tanjung Puting. Dunia maya adalah pusat informasi mahaluas, betul? Aku mau memanfaatkan media blog yang aku punya untuk bercerita ke dunia tentang Hutan Kalimantan dan Orang Utan. Betapa di sebuah titik di negeri ini, ada surga yang harus kita bela. Tapi aku bukan blogger besar, bersuara sendirian sama saja omong kosong. Aku mau menjalankan misi ini bersama Alexander Thian (@Amrazing). Seorang yang punya massa di dunia maya. Follower twitternya saja hampir 500ribu. Belum lagi web, instagram, dan kesempatannya menulis di berbagai media.
Bersama Koh Alex, Aku ingin membuka mata banyak orang tentang alam Indonesia yang semakin hari semakin kita habisi dengan bernas. Deforestasi hutan Kalimantan dan pembataian Orang Utan adalah isu basi, tapi nyatanya, gak banyak orang tau kenapa itu tetap terjadi sampai hari ini. Sampai hari ini.
Kalau menyetop pembabatan hutan Kalimantan terlalu muluk, bagaimana dengan marathon blogpost tentang Tanjung Puting? Atau menulis hasil perjalanan ke Tanjung Puting dan mengirimkannya ke berbagai media? Membuat parade foto Orang Utan di instagram? Atau lebih seru dan sederhana, membuat twitseries tentang Orang Utan lalu bagi-bagi souvenir Tanjung Puting. Aku yakin Koh Alex lebih gape soal ini.
Karena aku seorang blogger, aku akan memanfaatkan blog sebagai media untuk bersuara :) |
Bagaimana caranya ke sana? Mudah saja! Tinggal membeli tiket pesawat tujuan Pangkalan Bun atau Banjarmasin. Lalu melalui jalan darat menuju pelabuhan Kumai, dan naik kelotok (perahu) bertamu ke sungai Sekonyer. Petualangan di mulai. Dengan kelotok, kita bisa langsung menuju camp-camp yang terdapat di sana. Dimana kita akan tidur? Di atas kelotok! Kelotok di sana sudah dilengkapi dengan kamar, toilet bagus, ruang makan, bahkan tempat leyeh-leyeh. Beuh, bayanginnya aja udah gregetan pingin buru-buru ke sana!
Di Pegipegi.com, nyarinya Pangkalan Bun ya.. Awas kecletot jadi Pangkalan Ojek. |
---
Purwokerto, 15 february 2015
Bersama misi menyuarakan konservasi, ke Tanjung Puting aku ingin pergi..
Sumber:
http://www.wwf.or.id/program/spesies/orangutan_kalimantan/
http://world.mongabay.com/indonesian/orangutan.html
http://orangutan.or.id/ID/east-kalimantan-orangutan-reintroduction-and-land-rehabilitation-program-at-samboja-lestari/
http://www.indonesia.travel/en/destination/779/camp-leakey
http://travel.kompas.com/read/2013/04/26/15483553/Tanjung.Puting..Konservasi.Orangutan.Terbesar.di.Dunia
http://travel.kompas.com/read/2013/12/07/1437315/Bertemu.Terry.di.Tanjung.Puting
http://www.indonesia.travel/id/destination/443/taman-nasional-tanjung-puting
http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/indonesia-dicatat-dalam-buku-r/
http://en.wikipedia.org/wiki/Orangutan
Sedih ya,, melihat hutan yg semakin terkikis..
BalasHapusSelain hewan yg kehilangan habitatnya, lingkungan jg menjadi rusak
Yaa sedih banget sih, tapi kenyataannya begitulah manusia :)
HapusMasalah konservasi berseberangan dengan kepentingan politik
Hapusaku juga sambil nangis nih bacanya mba mel.. :'( baru aja tadi siang baca tentang orang utan, tapi dikit doang, itu aja udah miris, lah sekarang baca ini ya keluar deh nangisnya.
BalasHapuspengen juga dong kesana...
pungki panggilannya mel toh? baru tau...
HapusIhihihihi xD
HapusLoh, baru tau panggilannya, mbak :3
HapusSekarang nasib orang utan semakin miris, mbak :")
Semoga bisa pergi ke sana ya :))
Aku pernah nonton tayangan di layar kaca tentang orang utan di konservasi ini. Ngelihat bayi orang utan yg kehilangan emaknya krn mati dibantai. Ikut sedih krn mereka itu makhluk hidup yg butuh perlindunan juga.
BalasHapusDan 96% dna mereka mirip manusia lho.. gak kebayang hancurnya anak anak orang utan itu :((
HapusSelamatkan orang utaaaannnnn.
BalasHapusTindak tegas perusak hutan dan pembantai orang utan.
:)
HapusSemoga kesampaian jalan ke dalam hutan. Aku sudah lihat konservasi gajah. Sebenarnya betah karena nggak berisik, jauh dari nyinyir2. Tapi apadaya, anak2 dikota, terpaksa balik deh :D
BalasHapusIni tuh aku mupeng beraaaat sama postingan nte lus waktu menang greenpeace itu. Pengen jugaaaaak
HapusAku baca buku "Ping" juga nangis, Mak. Tulisan mak Pung bikin merinding disko. Semoga berkesempatan ke sana ya. Ketemu sama orang utan :)
BalasHapusIyaaa aku juga nangis waktu baca ping :((
HapusAmiin.. makasih ya mak ^_^
Keren bgt paparanmu ini mak :)
BalasHapusKok paparannya doang siiih.. orangnya enggaaaak? x))
HapusDaku pun sedih membaca tulisanmu Mak.
BalasHapusTapi masih ada asa utk konservasi orang utan.
Good luck ya.
Masih, mak... masih.. :')
HapusTak hanya orang utan, harimau sumatera juga terancam punah ya. Aku juga tercengang2 sewaktu mendengarkan fakta deforestasi gila-gilaan di hutan2 kita yang disharing oleh seorang aktivis Greenpeace. Ingin pula aku menjelajah hutan2 Indonesia yg berupa hidden paradise. Namun, aku tak tahu apakah sanggup menyaksikan sendiri kegundulan yg sebenarnya... :'(
BalasHapusAkupun gatau akan sanggup atau enggak kalo liat langsung. Ngebayanginnya aja merinding dan gak sampe hati :(
Hapushuwaaa keren banget idenya mak kandi ini :)
BalasHapusSemoga pegipegi membuat ide ini jd kenyataan yaa.. amiiin :')
HapusWalau sudah mendengarnya, tetap saja ikut sedih. Yuk, sama-sama kita menjaga bumi ini.
BalasHapusSemoga bumi Indonesia semakin 'bersuara' ya mak.. Supaya teriakan dan tangisnya didengar :)
Hapusaku ikt ya pungk kalau kesana :)
BalasHapusBoleeeh... Tapi maklid bayar sendiri, aku dibayarin pegipegi. muahahahaha amiiiin
Hapusditunggu cerita nya... setelah plg dari sana...
BalasHapusDuh, ini semi semi doain yaa.. :')
HapusIya, kalau aku rejeki ke sana, pasti aku tulis panjang lebar di blog :)
aku nangis baca tulisan ini, makmud Pungky ...
BalasHapussekonyer, kelotok, orang utan, jadi inget buku Partikel-Dee (
Iya, memang tanjung puting ini yang jadi seting lokasi partikel nya dee saat Zarah jadi volunteer ^_^
Hapuspada awal2 membaca tulisannya, saya prihatiin banget dan pengen nangis. Tapi kemudian Alhamulillah masih ada tmpt utk para orangutan tsb. Betewe, kaosnya mau dooong.... :)
BalasHapusHehehe kaosnya hadiah dari blogdetik, biasanya dikasih kalau event tertentu ^_^
Hapussedih, bacanya. ternyata nggak nyangka nasib orangutan begitu menyedihkan.. semoga misinya berhasil, mba. Kalau makin banyak orang yang melek informasi ttg fakta2 orangutan, semoga makin banyak yang sadar untuk ikut menjaga dan peduli dengan lingkungan.
BalasHapusAmiiin.. semoga pegipegi memberiku kesempatan itu ya :)
Hapussedihh....smeoga terwujud ya pungky...tulisanmu ciamik banget...
BalasHapusAmiiin.. makasih ya mak kece. Belajar banyak darimu nih soal tulis menulis ^_^
Hapus:"( semoga terwujud....sedih sekali manusia yang menghakimi banyak hewan disana...serasa mereka jadi tuhan disana huhuhu
BalasHapusIya mak.. bayangin 1 hektar aja hutan hujan di alih fungsi jd kebun sawit, berapa ratus hewan yang terusir dr rumahnya sendiri :((
HapusPung, aku jg punya impian kesini lhoo.
BalasHapusDan Orang Utan ini bikin aku jatuh cinta.
Semoga menang ya Pung, dan kutunggu ceritamu di blog ini.
Amiiiin... Doakan ya Mel. Nanti aku bawain souvenir orang utan buat kamu :D
Hapusmenaaaang.. menaaaangg!!
BalasHapuskece banget sih maaakk tulisanmuuu!
Amiiin amiiin... Makasih ya maaak :)
HapusIya, sana berangkat ke Tanjung Puting, Puuuunggg.... ntar biar bisa tulis banyak tentang orang utan itu.
BalasHapusSemoga ada rejeki ya mbakbro :')
HapusHuhu, aku sebagai orang asli Kalimantan sedih sekali kalau mendengar berita-berita eksploitasi sumber daya alam Indonesia, khususnya Kalimantan. Terimakasih telah menyebarkan kesadaran konservasi lewat tulisan ini mbak :)
BalasHapusAku aja yang bukan orang Kalimantan ngerasa 'sakit' sama fakta-fakta ini. Jahat banget :((
HapusSmoga menang ya Pung, dan bisa pergi ke Tanjung Puting.
BalasHapusAmiiin... Makasih doanya Mama Alicia :D
HapusIkut nangis bacanya. Sedih? Banget.
BalasHapusGoodluck, Mak
Aku pas browsing artikel orang utan sampe susungukan lho mak..
HapusDi beberapa web ada galeri foto orang utan korban pembantaian. Sakit banget :(
aku juga mau ikut mak kandy
BalasHapusIkut lombanya aja buuu... Siapa tau menang ^_^
HapusSelalu bisa aja kamu ya ngemas tulisan. ^__^
BalasHapusCikiiii kali dikemas x)
HapusPung, aku punya temen yang aktif di dunia pelestarian orang utan loh. Aktivis juga kayaknya (atau apa sih ya sebutannya), dan dia punya conservancy juga. Semoga kamu menang ini dan berangkat ya, barangkali bisa jadi berjejaring sama temenku itu. Amiinn.
BalasHapusWah, amiiin.. Nanti di sana jadi gosipin kamu yak. hihihihi
HapusAku titipkan kalimantan ku ke kamu punq... hanya ditangan orang2 muda seperti kalian tanah dan habitat alami kami bisa bernafas lebih lama....
BalasHapusDuh om.. Kenapa komennya bikin merinding gini :(
HapusKeren banget, komplit banget tulisannya hahaha, semoga bisa juara dua ya, juara satunya tetp gue hahaha *ngga mau kalah* atau kalau mau juara satu berdua gitu ya :D
BalasHapusMuahahaha aku aminkan deh untuk 'juara satu berdua gitu ya'-nya xD
HapusKeren banget ih misinya, sekeren itu orang utan yang gape motret :D *pissssssss
BalasHapusHahahaha iya itu foto lucu banget. Bisa-bisanya orang utan kepo begitu ama kamera x)
Hapuskalau bicara kalimantan, air mata jelas bercucuran...apalagi Tanjung Puting dan para penghuni aslinya..dan Pungky benar, semua atas nama serakah dan tamaknya manusia :(..Well, pegipegi.com bisa membantu traveling ke sana ya :)
BalasHapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Alamat kesampean ini mah pung. :)
BalasHapusSebagai anak kehutanan, tadinya gue pengen komen panjang lebar kalo ngebahas ginian, tapi takut image gue jadi pinter. Hahaha.
Yang jelas emang susah masalah orang utan di sawit ini. Susah, tapi bukan berarti gak bisa.
siapa yang ga sakit hati rumahnya diburu kaya gitu , oyaa kaosnya baguuus . mau doong ...hahaha
BalasHapusWow, ini apik banget. Saya yang urang Kalimantan asli sampai sedih baca artikel ini :(
BalasHapusSaya dan si Aa memutuskan membeli sepetak tanah di Kalimantan Selatan, niatnya mau ditanami pohon2 besar. Doakan bisa diwujudkan ya Mak Pungky :)
Saya juga ikutan lomba blog pegipegi dan memilih Tanjung Puting juga. Mudahan kita sama-sama menang ya, Mak :)
Di sini tulisan saya: http://honeymoonbackpacker.com/2015/02/20/lomba-blog-pegipegi-antarkan-saya-menemui-orang-utan-di-tanjung-puting/
duh, itu pasti gara2 duit deh, hutannya bisa hilang kayak kepala botak begituuuh... Indonesia yg melimpah sumber daya alamnya ini kok kersane ngalah dihuni oleh sumber daya manusia yg oarah serakahnya.. Ya mungkin itu bukti Tuhan maha Adil kali ya.. Ngelihat video yg bahasa Inggris, memang wajar sih, hanya orang2 bule yg sensitif sama hal2 beginian. Orang lokal mah cuek. Ya gimana gak cuek, pada seneng duit sih. HAHAHA..
BalasHapusKeren! Semoga menang!
Duh hutan kalimantan makin lama makin teralihkan jadi perkebunan kelapa sawit, mau jadi apa hutan kalo terus begini -___-
BalasHapusPung, gemets liat bayi orang utannya. Semoga kamu menang, bisa ketemu sama si baby luthu ithuuu..uwuwuwuwww...inga inga, orang niat, menang lomba...hahahahaa
BalasHapusorg utan itukan mirip ama mnusia ya...jd g abis pikir, knapa ada yg tegaaaa gitu ngebantai mereka :'( Ngeliat bayi org utan aja aku kyk ngeliat bayi manusia... mukanya lembut bgitu.:( Ga tega deh mba.. Apa ga punya sodara dan anak ya pembantai2 itu...
BalasHapusLuuucuu bangett...
BalasHapus