Pungky Prayitno @ 2013. Diberdayakan oleh Blogger.

Solo, dan Keramahan-Keramahan yang Memanggilmu Datang


Tiga hari di kota ini, aku jatuh hati berkali-kali. Setiap sudutnya semacam menyimpan kejutan yang pasti bikin senang. Ada aja yang bikin senyam-senyum. Setiap meternya adalah rumah yang membuka pintunya lebar-lebar untuk kedatanganmu. Tersenyumlah, mari kuantar kalian ke sana.

Inilah Solo, dan keramahan-keramahan yang memanggilmu datang.


1. Makan Sate Kesukaan Pak Presiden


Sate Buntel namanya, salah satu menu yang menjadi andalan warung sate Bu Hj Bejo. Bentuknya mah gitu doang, daging kambing digiling trus dibuntel jadi satu. Secara penampilan, dia lebih layak disebut sate salah pergaulan, karena chubby jelek pletat-pletot begitu nggak ada menarik-menariknya. Tapi rasanya, sungguh sedap karena bumbunya berhasil menyerap sampai ke dalam. Paduan manis, asin, pedas, dan aroma hasil bakaran. Pada gigitan pertama, kamu akan mengamini pepatah "Don't jugde sate by it's pletat-pletot".



Kabarnya, sate buntel suguhan Bu Hj Bejo ini adalah salah satu kuliner kesukaan Pak Jokowi. Kalau ke sini, Bapak Presiden akan duduk di warung dan makan seperti pelanggan pada umumnya. Jadi datanglah ke sini sesekali, siapa tau kamu bisa makan sate bareng orang nomer satu negeri ini. Malak selfie dengan gigi masih belepetan bumbu sate, hidupmu akan mencapai level SWAG paling greget. Ugh.


2. Keliling Kota Naik Sepeda dan Baik Baik Saja


Inilah pertama kalinya aku naik sepeda di tengah kota, sambil merasa aman dan senang. Sebab, di Solo, jalan raya juga milik pesepeda. Mereka yang naik kendaraan bermotor, akan menghargai kendaraan kayuh kita di jalan yang sama. Mereka otomatis berhenti saat kita menyeberang, mereka memelankan laju kendaraan saat berdampingan, mereka tersenyum saat kita lewat duluan. Hanya aja mereka gak bisa membalas perasaan yang kita pendam karena plis deh mblo, lu kata gebetan.


Enggak ada diteriaki "Minggir su!" hanya karena sepeda kita menghalangi jalan mereka. Mereka akan tunggu dulu sampai jalan agak lowong, lalu menyalip dengan sopan. Enggak ada dibukain setengah jendela mobil sambil liat jari supir nunjuk-nunjuk ke dahi, cuma karena kita mau menyeberang. Mereka tau sepeda nggak punya lampu sen, maka saat jalan berdampingan, mereka memelankan laju kendaraan. Percayalah, di Solo, stok "Sabar, Thek!" yang kita punya tak akan berkurang karena kita gak memerlukannya.

Pun di gang-gang, setiap jalan ramah dilalui siapa saja. Kayuhan sepeda kita akan diiringi senyum manis ibu-ibu dari jendela rumahnya. Juga dadah-dadah gemas dari dedek-dedek kecil yang ingusnya berkembang bersamaan senyumnya. Kadang ingus yang mengembang sampai meletus.


3. Makan di Pasar


Iya, di kota ini, kamu bisa makan di pasar! Es dawet telasih yang segarnya menyetarai gebetan baru, gempol pleret, atau pecel hitam yang wijennya nikmat luar biasa. Tenang, kamu nggak akan mencium apapun. Karena pasar-pasar tradisional di Solo, bersih-bersih dan kinclong-kinclong. Para penjualnya juga necis-necis, enggak kumel enggak jorok enggak kotor. Berbanding terbalik sama hati kamu nggak, mblo? Eh maap.

Makan di pasar, di Solo, akan membawamu pada obrolan dengan siapa saja. Cerita keseharian yang memberi inspirasi dan kebahagiaan sejuta kali lebih banyak dari biasanya. Sambil makan, sambil nyeruput es, sambil berbincang, sambil tukar cerita hidup, sambil ketemu saudara baru, sambil merasakan ada hangat yang menjalar di dadamu.


Pasar Gedhe tentu saja kesukaanku. Selain bisa makan tanpa rasa risih, pasar ini baik sekali dengan pesepeda dan pejalan kaki. Kamu akan tetap dilayani kang parkir dengan baik sekalipun naik sepeda, karena kalau kendaraan bermotor, kan pakai vallet. Hoiya, Pasar Gedhe punya fasilitas vallet. Dua ribu perak, nggak pakai ribet. Tops marktops pakai s.


4. Bertamu, Tak Sekedar Berkunjung, ke Keraton


Biasanya, wisata ke keraton hanya diisi dengan berkeliling bersama pemandu. Mendengar penjelasan panjang lebar, lalu sudah. Pulang dan membawa cerita yang itu itu saja. Itu juga saat pemandu kasih penjelasan ke sana ke sini, kita mah apa, pasti asik update instastory biar heits.

Di Solo, kedatanganmu ke Keraton Kasunanan Surakarta, mungkin saja disambut langsung oleh keluarga sultan. Mereka akan berdiri bersamamu di halaman tengah, mengajakmu bersenda gurau, bercerita tentang rumahnya, dan mempersilakanmu mempelajari keluarganya.

Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger yang menyambut rombonganku


Tak ada batas, pun tak perlu berbagai ritual penghormatan. Kita akan diterima sebagai tamu dan berbicara dalam frekuensi yang sama. Di bawah puluhan pohon sawo kecik yang teduh, para penghuni keraton akan mengajakmu masuk ke keramahan Surakarta yang sesungguhnya.


5. Melihat Solo Lebih Dekat, lewat jendela Kereta Uap Jaladara


Naiklah Jaladara, kereta uap ini siap membawamu berkeliling kota Solo. Mengajakmu melihat lebih dekat sudut-sudut cantik Surakarta. Terasa sangat asyik karena perjalanan akan ditemani dengan alunan musik tradisional dan jamu serta jajanan pasar.



Perjalanan dari stasiun Purwosari ke stasiun Solo Kota ini, akan mengantarmu menemukan wajah ramah Solo yang bertebaran di pinggir jalan. Lambaian tangan ibu polantas yang sedang bertugas, teriak setengah tawa bocah kecil yang sumingrah melihat longokan kepalamu dari kereta, pengendara motor yang senyum heran dengan tingkah katrokmu, dan eloknya bangunan bangunan tua yang kokoh sekaligus membumi.

Dari jendela Jaladara, kamu akan tau Solo begitu ramah, begitu bersahaja, begitu dekat dengan hatimu.



Lihat tulisan di dada kiriku? Kota itu, beserta keramahan-keramahannya, memanggilmu untuk datang. Ayo ke Solo!

19 komentar

  1. Sudah lama nggak e solo, lihat tulisan ini jadi kagen .... bener, orangnya ramah ramah, dan aku yang nggak bisa kromo dibuat diam seribu bahasa :)))

    BalasHapus
  2. Solo selalu bikin kangen, Wisata Keraton, Sepur Kluthuk Jaladara, Museum Batik Danar Hadi, Pasar Klewer, Kulinernya...semuanya bikin pengen kesana lagi dan lagi :)

    BalasHapus
  3. Udah 3 kali ke Solo namun belum sempat explore sampe keraton dan pasar-pasarnya. Moga ada rejeki ke sana lagi, aku pengin nyobain selat solo asli sana.

    BalasHapus
  4. sebagai warga jateng, parah banget aku belum pernah ke Solo

    BalasHapus
  5. Kedengarannya menawan. Tapi gak mau ke Solo ah, ada mantan. Hehehehe. Heheheheheheh :(

    BalasHapus
  6. Pengen sate buntel kan kan kan! Racun deh Kak Pungky aku emang berencana main ke Solo, Jogja, dan sekitarnya, tapi belum dapet cuti. Huuuahh!! :(

    BalasHapus
  7. pengen ke solo suatu hari nanti :)

    BalasHapus
  8. Ya Allah ngakak satenya salah gaul wkwkwk

    BalasHapus
  9. Jadi pengen ke Solo lagi dan bikin reportase selengkap ini. Keren keren. Salam kangen.

    BalasHapus
  10. saya yang udah hampir 5 tahun di solo belum pernah naik Jaladara lho mbak, tiketnya mahal banget *bikin iri*

    BalasHapus
  11. udah sampe jogja..tp blm ke solo...sptnya boleh juga nih main ke solo

    BalasHapus
  12. Solo artinya sendiri. Tapi kalau kesana sendiri, tak apa apa kali. Karena orangnya kan ramah ramah kata mbak pungky.
    YHA!

    ikut ikutan main diksi di komentar wkwkkw

    BalasHapus
  13. Kemarin ke Solo saat usia kehamilan 36w, nanya ke satpam hotel biasanya tujuan pelancong kemana, jawabnya disini g ada tempat rekreasi mba, heran aja Selama di Solo kenapa tiba2 saya melupakan pasar tradisional nya ya, padahal tiap ke manapun inceran pertama saya biasanya pasar tradisional, Kalo dikasih kesempatan lagi saya pengen eksplore pasar d solo ah

    BalasHapus
  14. lha kok foto kulo mboten wonten tho mbak pung hahaha...piye kabare purwokerto? apik apik wae tho

    BalasHapus
  15. Baru akhir tahun kemarin ke Solo.... jadi sudah kangen lagi hehe..

    BalasHapus
  16. penasaran banget pengen naik kereta Jaladara

    BalasHapus